» » Papua : "Goodbye Indonesia"

Pembaca :
Tak sengaja saat Oyin jalan-jalan menyusuri lorong dunia maya, menemukan artikel yang menggelitik saat membaca sebuah opini yang ditulis oleh  al-jazeera

"People Power Goodbye Indonesia...."

Pertanyaan yang timbul pada pikiran Oyin yang pertama adalah, apakah liputan ini atas seizin pemerintah Indonesia atau tidak (hidden mission) entahlah.

Bagi sobat yang ingin mengetahui lebih banyak tentang artikel ini dan sobat sedikit memahami bahasa Inggris silahkan sobat jalan-jalan kesitus al-jazeera. Sobat bisa melihat alamat artikel yang mereka tulis yang oyin sertakan di akhir postingan mengenai liputan al-jazeera tsb.


When the Dutch decolonised their East Indies empire after the Second World War they handed it all to the emergent country of Indonesia - all except the territory of West Papua, which forms one half of New Guinea, the second largest island on Earth. This remarkable landmass - split neatly by colonial powers into West Papua and Papua New Guinea - is like few other places in the world.

Ketika penjajahan Belanda di Hindia Timur selesai pada akhir perang Dunia ke dua, Belanda menyerahkan seluruh kekuasaanya kepada pemerintah Indonesia, kecuali wilayah Papua yang merupakan setengah dari New Ginea (Papua Nugini) yaitu pulau kedua terbesar di bumi. Papua Nugini adalah daratan yang luarbiasa. Pulau ini dimasa kekuasaan penjajah dibagi menjadi dua bagian yaitu Papua (dahulu Irian Barat) dan Papua Nugini. Seperti beberapa tempat lain di dunia.

Its mountainous terrain and dense rainforests have spawned extraordinary linguistic diversity among its indigenous population, some of whom are still in uncontacted tribes. Five decades ago few, if any of these tribes, showed any desire for their land to become an extension of Indonesia, a new nation state with which they shared neither history, culture, religion nor ethnicity, but which wanted resource-rich West Papua within its borders.


Papua merupakan tanah pegunungan yang berhutan lebat, dengan keadaan alamnya tersebut, lahirlah keanekaragaman bahasa yang luar biasa di kalangan penduduk asli, beberapa di antaranya masih merupakan suku-suku terasing. Lima dekade yang lalu beberapa suku menginginkan bergabung dengan Indonesia, menjadi bangsa baru, berbagi sejarah, kebudayaan, etnis dengan wilayahnya yang kaya akan sumber daya alam.

The Dutch resisted Indonesia's demands for a while, beginning to invest in West Papuan education and encouraging nationalism. But eventually global realpolitik intervened in the shape of US President Kennedy. Concerned about the possibility of communism spreading across South and Southeast Asia, the Kennedy administration saw Indonesia as a useful regional ally that should be kept happy.

Ketika itu Belanda menolak keinginan Indonesia, dan mulailah berinvestasi disana, mendorong pendidikan dan nasionalisme. Tapi akhirnya realpolitik global dan campur tangan Presiden Amerika Serikat Kennedy, khawatir tentang kemungkinan adanya penyebaran faham komunisme di Asia Selatan dan Tenggara, Pemerintahan Kennedy melihat Indonesia sebagai sekutu regional yang penting. Oleh karena itu harus dibantu untuk menjaga keharmonisan hubungan.

Tambang tembaga yang juga mengandung emas dan uranium di bumi Papua yang dikelola oleh perusahaan AS Freeport Mc Mohan

In 1963, with American backing, the United Nations gave Indonesia caretaker rights over the territory, on condition that a referendum on independence should follow. But when the poll - named, without apparent irony, as the 'Act Of Free Choice' - took place in 1969 it was widely perceived as a sham.

Di tahun 1963, dengan dukungan Amerika, PBB memberikan hak caretaker pada Indonesia atas tanah Papua, dengan diikuti referendum kemerdekaan (pepera = penentuan pendapat rakyat). Pada tahun 1969 entah dari mana pemicunya, pepera itu secara luas dianggap sebagai tipuan.

From a population of around of 800,000, just over 1,000 tribal elders were selected by the Indonesians to represent the nation. Allegedly threatened, intimidated and held in seclusion, they voted as they were told. Ignoring well-founded international protests that the referendum had been rigged, the UN accepted the result and West Papua moved from being a Dutch colony to an Indonesian province.

Dari sekitar 800.000 penduduk, lebih dari 1.000 ketua suku yang dipilih oleh pemerintah Indonesia untuk mewakili bangsa Papua, diduga mengancam dan mengintimidasi orang-orang dipengasingan  yang mengatakan bahwa referendum telah dicurangi, Mengabaikan protes internasional.  Akhirnya PBB mau menerima hasil Referendum. Kemudian Papua pindah dari koloni Belanda menjadi bagian dari propinsi Indonesia.

But a West Papuan resistance movement, the Free Papua Organisation (OPM), soon started fighting back - in the first instance using bows and arrows to capture the guns of the Indonesian military. A sporadic, low level conflict has continued ever since.

Tapi Gerakan perlawanan Papua (OPM), atau Organisasi Papua Merdeka, segera mulai berjuang, mereka melawan dengan menggunakan busur dan anak panah untuk merebut senjata dari militer Indonesia. Sejak itu munculah sebuah konflik tingkat rendah yang seporadis dan berkelanjutan.

So what lies behind this five-decade-old struggle and why, in the face of Indonesia's heavy handed intransigence, are activists so determined to continue with their campaigns and protests?

Lalu ada kepentingan apa dibalik semuanya, para aktifis sangat kukuh dalam berkampanye memprotes ketidak adilan. Mungkinkah Papua bisa terlepas dari NKRI ? hanya waktu yang bisa menjawab...Silahkan Klik dan saksikan Videonya jika koneksi sobat bagus..


Untuk menuju sumber beritanya silahkan klik

 Demikian sekilas info...



Disclaimer
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)

Above article written by Unknown

bean
Hi there!, You just read an article Papua : "Goodbye Indonesia" . Thank you for visiting our blog. We are really enthusiastic in Blogging. In our personal life we spend time on photography, mount climbing, snorkeling, and culinary. And sometimes We write programming code.
«
Next
Newer Post
»
Next
Older Post

Silakan beri komentar dengan akun facebook Anda