» » Kosakata Jawa yang hampir punah

Pembaca :

Tentu kita sudah sangat akrab dengan beberapa kosakata ekonomi atau politik yang sedang hits di negeri ini. Siapa yang tidak tahu maksud dari kata “blusukan” atau “legowo” yang keduanya diambil dari bahasa Jawa. Berkat kepopulerannya, kata-kata tersebut menjadi dimengerti oleh orang dari daerah lain yang sebelumnya asing dengan kata-kata tersebut.

Di saat “yang di atas” sibuk mengadaptasi kosakata bahasa daerah menjadi bahasa verbal yang cocok dengan “cuaca” mereka, bagaimana dengan bahasa daerah yang dipakai oleh masyarakat yang tidak sepopuler kata-kata di atas? Mungkin beberapa dari kita mengganggap bahasanya aneh. Karena kita jarang mendengar, ataupun sekarang ini orang-orang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari, bahkan juga menggunakan bahasa asing.

Kebetulan Oyin lahir di sebuah kota kecil di pesisir Jawa yang masyarakatnya sudah “amnesia” bahasa daerah sehingga dari generasi ke generasi ada kata-kata yang tidak dimengerti oleh anak-anak kecil. Tetapi, orang-orang di usia senja masih banyak yang menggunakan kosakata asli ini.


Berikut adalah beberapa kosakata seputar rumah yang masih eksis sampai sekarang.

Bomah
Berasal dari kata “mlebu” yang artinya masuk, dan kata “omah” yang artinya rumah. Jadi bomah artinya masuk rumah. Tetapi jika sudah berada di dalam rumah, bomah diartikan sebagai masuk ke dalam kamar.

Jogan
Rumah orang Jawa memiliki teras yang sama lebar dengan bangunan utama. Teras ini yang disebut jogan. Biasanya dipakai untuk pertemuan dan berbagai acara yang menampung banyak orang, sehingga tidak perlu masuk ke dalam rumah. Seiring kemajuan arsitektur, jogan ini semakin menyempit namun di setiap rumah selalu ada jogan walaupun kecil untuk kongkow-kongkow penghuni rumah dengan tetangga.

Latar
Ini adalah halaman rumah yang tidak dipaving atau disemen, alias masih berupa tanah yang biasanya ditanami pohon-pohon seperti mangga, jambu, jeruk, dan aneka pohon yang berdaun rimbun untuk menciptakan suasana teduh. Sensasi memiliki halaman tanah memang berbeda dengan halaman yang disemen atau dipaving. Karena pada saat menyapu, suara gesekan sapu lidi dengan tanah dapat menciptakan kesan hidup di desa yang tenang dan asri. Kalau di kota mungkin sudah disemen atau ditanami rumput. Latar ini juga menjadi area bermain anak-anak, jadi aman karena masih dalam pengawasan orangtua.

Damarwulan adalah salah satu tokoh wanita dalam cerita rakyat yang digambarkan sebagai putri yang halus dan cantik wajahnya. Sesuai dengan namanya, damar berarti cahaya dan wulan berarti bulan. Di dalam rumah, yang dimaksud damar adalah lampu penerangan baik yang cahayanya putih maupun yang agak remang. Zaman dulu belum ada listrik jadi belum ada lampu neon, sehingga orang tahunya ya damar.

Dilah
Sebagaimana damar, dilah juga memiliki arti cahaya. Khusus untuk kata dilah ini merujuk pada cahaya yang berasal dari api, bukan dari listrik. Seperti lampu teplok yang digantung atau obor bambu yang diletakkan di depan rumah.

Uplik
Uplik adalah semacam lampu teplok kecil yang digantung di dinding. Bahan utamanya berupa minyak tanah atau minyak kelapa. Sampai sekarang pun masih ada uplik, untuk mengantisipasi listrik padam.

Senthong
Mendengar kata senthong mungkin yang terpikir adalah centong nasi. Padahal senthong adalah kamar tidur utama yang biasanya dipakai tidur oleh penghuni rumah yang paling tua. Bisa ayah-ibu atau kakek-nenek. Walaupun, dalam penggunaannya senthong adalah semua kamar tidur di dalam sebuah rumah tidak membedakan siapa yang memakai tidur.

Pawon
Di beberapa daerah, pawon berarti kompor yang terbuat dari tanah liat. Itu betul. Namun, di sini saat orang menyebut pawon itu berarti dapur secara keseluruhan. Satu ruangan yang disebut dapur ya itulah pawon. Meskipun mereka juga menyebut kompor tanah liat itu sebagai pawon. Jadi ada dua pengertian pawon yang entah bagaimana bisa dengan mudah dibedakan sesuai konteks pembicaraan.


Napeni (membersihkan sisa gabah pada beras)

Jedhing
Sama halnya pawon, kata jedhing memiliki dua pengertian yang digunakan bersamaan. Jedhing adalah bak mandi, yang mana kamar mandi pun disebut jedhing. Jadi kalau dikatakan mandi di jedhing artinya mandi di kamar mandi, bukan di dalam bak mandi. Karena sekarang sudah banyak shower, keberadaan jedhing pun tidak sepopuler dulu. Membersihkan bagian dalam jedhing juga butuh tenaga berlebih sebab umumnya hanya disemen, tidak dikeramik.

Dugel
Yang ini agak sadis. Kalau kita tahu talenan itu biasanya tipis dengan berbagai bentuk, dugell juga berfungsi seperti talenan tapi khusus untuk memotong daging atau sayuran yang membutuhkan tenaga ekstra dalam memotong seperti daging sapi, daging ayam, dan tulang-tulangnya. Desain dugel sangat simpel yaitu persegi panjang yang terbuat dari kayu tebal, dan kalau sering dipakai biasanya terdapat bekas-bekas memotong yang tertinggal di permukaan.

Sanggan
Berasal dari kata “songgo” yang artinya menyangga, itulah fungsi dari sanggan. Sebelum ada tren tembok, rumah kuno hanya memakai triplek sebagai pembatas ruang, yang mana hanya salah satu sisi ruang yang dipasangi triplek sedangkan sisi satunya tidak sehingga akan kelihatan rangka triplek tersebut berupa kayu-kayu tipis untuk menopang dan memaku triplek. Nah, di sini orang suka meletakkan benda-benda kecil yang biasa dipakai seperti minyak kayu putih, koyo, salep, dan obat-obatan ringan yang lazim ditemui di rumah. Setelah ada tembok, otomatis sanggan tipe ini menjadi tidak ada. Karena itu yang disebut sanggan sekarang bisa berupa rak gantung yang terbuka, tanpa daun pintu sehingga kelihatan apa saja yang dipajang di sanggan tersebut.

Itu tadi adalah kata-kata yang berhubungan dengan rumah. Saat ini masih dipakai oleh orang-orang yang umumnya sudah tua, tetapi generasi muda mungkin tidak menggunakannya lagi. Pertanyaannya, apakah kosakata ini mampu bertahan dalam gerusan gengsi akulturasi? (Oyin)




Disclaimer
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)

Above article written by Unknown

bean
Hi there!, You just read an article Kosakata Jawa yang hampir punah . Thank you for visiting our blog. We are really enthusiastic in Blogging. In our personal life we spend time on photography, mount climbing, snorkeling, and culinary. And sometimes We write programming code.
«
Next
Newer Post
»
Next
Older Post

Silakan beri komentar dengan akun facebook Anda