Cerita rakyat ini merupakan cerita lisan yang didapat secara turun-tenurun dan mempunyai beberapa versi cerita. Untuk artikel ini, Oyin mendapat dari juru kunci makam yaitu bapak Basir Sukarno. Sebelum dipegang oleh pak Basir, juru kuncinya adalah ibunya yang merupakan orang tertua di Bakaran Wetan. Selain pak Basir, Oyin juga mendapat penjelasan lisan dari Bapak Sunarso, Kentut, Masud, Agus Supratekno. Mereka ini bagian dari penjaga makam.
Cerita rakyat Nyai Sabirah merupakan mite karena mempunyai cerita tentang asal-usul Desa Bakaran,terjadinya sudah masa lampau dan cerita tentang asal-usul Cerita rakyat Nyai Sabirah, juga memiliki cerita tentang tokoh yang sakti melebihi manusia biasa yaitu Nyai Sabirah. Nyai Sabirah ini merupakan salah satu keturunan dari Majapahit dan disegani oleh masyarakat Pati pada umumnya dan masyarakat Bakaran pada khususnya.
Tokoh tersebut memiliki kekuatan-kekuatan magis yang disakralkan oleh masyarakat pendukungnya meninggalkan petilasan yang dipercaya dapat mengabulkan segala permintaan serta adanya mitos yang masih dipercaya oleh pendukungnya.
Nyai Sabirah dipercaya membawa berkah bagi masyarakat yang menjaga serta melestarikannya. Masyarakat banyak yang berdatangan dengan tujuan yang berbeda - beda, yaitu ada yang mencalonkan menjadi anggota DPR, ingin menjadi kaya, ingin sembuh dari sakitnya, mencari jodoh, ingin cepat dapat kerja dan masih banyak lagi. Semua itu mereka lakukan dengan berziarah ke Petilasan Nyai Sabirah.
Golongan muda tidak banyak yang melakukan hal semacam itu akan tetapi mereka juga percaya kebenaran dari cerita tentang roh penunggu. Semua itu dikarenakan dengan pesatnya perkembangan teknologi hal semacam itu tidak dianggap hal sesakral sama seperti golongan tua melaksanakanya. Pendidikan formal atau non formal dalam masyarakat dapat mempengaruhi pola fikir manusia.
Cerita rakyat Nyai Sabirah yang dipercaya oleh masyarakat sekitar berkembang dari mulut ke mulut dan dituturkan dari generasi ke generasi berikutnya penuturan nenekku mBah Sujilah.
mBah Sujilah adalah salah satu perintis pembuat batik tulis Bakaran |
Banyak keluarga Majapahit yang melarikan diri meninggalkan kerajaan untuk menyelamatkan diri termasuk didalamnya kakak beradik Ki Dukut dan adiknya Nimas Sabirah, perjalanan kakak beradik itu sampailah ke suatu hutan belantara mereka berdua bergotong-royong membuka lahan pertanian dan tempat tinggal dengan cara membabat hutan.
Saat mereka berdua bergotong - royong sang adik meminta kepada kakaknya agar dia dibebaskan dari tugas pembabatan hutan. Nyai Sabirah beralasan tugas itu berat bagi seorang perempuan, bahwa tenaga laki-laki tentunya lebih kuat dan mampu membuka lahan yang banyak dibanding perempuan.
Sang adik mempunyai usul kepada kakanya :
Kang Mas kowe ki wong lanang mesthine panggonanmu luwih ombo katimbang aku wong wadon, ngene kang supayane adil saumpamane aku nglumpuke larahan terus tak obong, terus neng ndi langes kuwi tiba bakal dadi wilayah bagianku piye Kang Mas? Yo nek karepmu mengkono gandeng aku kakangmu sing apik aku sarujuk karo kekarepanmu.
Kakak ...kamu adalah seorang laki-laki pasti wilayahmu lebih luas dari aku, kata Nimas Sabirah kepada kakaknya aku punya usul. Begini kak.... supaya adil kalau seandainya aku mengumpulkan sedikit sampah dan membakarnya, nanti dimana jatuhnya abu (langes) di situlah wilayah bagianku, bagaimana menurutmu kang? Sebagai kakak yang bijaksana aku setuju dengan usulanmu.
Mulailah Nimas Sabirah mengumpulkan sampah yang kemudian membakarnya atas izin Sang Pencipta tiba-tiba angin bertiup sangat kencang dan membawa abu sampah itu bertebangan ke mana-mana sesuai perjanjian dengan sang kakak, maka dimana langes (abu) itu jatuh di situlah wilayah sang adik.
Pembabatan hutan itu mengundang perhatian masyarakat di sekitar hutan untuk ikut bergabung membantu membabat hutan untuk tempat tinggal dan membuka usaha mereka banyak warga masyarakat yang ikut bergabung. Semakin luas pula wilayah baru tersebut, tidak lagi sebuah desa kecil, tetapi menjadi perkampungan baru yang sangat luas dengan penduduk yang cukup banyak. Wilayah jatuhnya abu itu kemudian di sebut Desa Bakaran hingga sekarang.
Nyai Sabirah memberi contoh warga masyarakat untuk mengolah lahan pertanian dengan baik dan beliau juga ikut bertani sebagaimana masyarakat desa itu. Nimas Sabirah ingat akan pesan orang tua dan leluhurnya agar dia menjadi wanita yang utama.
Pengertian wanita yang utama menurut orang Jawa dimaksudkan bahwa seorang wanita dituntut mempunyai keutamaan moral dalam menjalin hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan hubungannya sesama melalui segala aspek jasmani maupun rohani.
Nimas Sabirah beranggapan bahwa wanita mempunyai martabat sederajat dengan pria, baik dari segi hubungannya dengan Tuhan maupun sebagai makhluk sosial.
Penulis Cerita : Dyah Meitasari
Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Di sunting oleh Oyin sebagai bahan renungan sejarah.