19.699.200 sekon sudah… seluruh dunia menyaksikan hatiku terbelenggu.. mungkin lebih dari itu. Lebih banyak lagi dan tak sedetik pun terlewat berapa banyaknya peluh atas gerah hatiku mengelabuhi khayalan. Khayalan akan sepatah bait dari puisi yang kau tuang dalam getir pengharapan. Satu detik yang tak pernah berlalu, tak pernah santai meninggalkan doa-doaku untukmu. Yang tak pernah tahu akan imbalan manis pada sebuah hasrat.
Berhenti atau lari. Sama saja, untuk menemukanmu. Aku memilih di belakangmu, bersembunyi. Seperti ketika gerhana bulan di balik bumi, tubuh kecilku menjadi hilang di balik pohon randu. Menginjak bayang-bayangmu, dan tak kubiarkan ia menjerit untuk mengagetkanmu sehingga kau akan menoleh dan mendapati kenakalanku.
Tentara langit pada malam ini menguji sabarku. Terus mengejar kemana hayalku pergi. Selalu. Selalu saja mereka menemukanku memikirkanmu. Mereka ingin aku tidur, dan mataku tak mau mengantuk. Bibirku mengalunkan desah atas resahku padamu. Kenapa tak kau rayu aku lagi ?? Adakah aku menjemukanmu…
Kapan lagi kau bilang I love u ?
Meski susah, aku tak berhenti mengingat suaramu ketika mengucapkan bait-bait cinta yang kau bilang untukku. Atas seribu janji yang tak ada nyata. Kepada seribu mimpi yang tak ada jelma. Dan kepada sebuah hasrat aku berkata padanya : berhenti menggerutu, karena laron selalu menyambut hujan !!!
Kapan lagi kau bilang I love u ?
Setiap hari aku menunggu mendengar kalimat itu, yang kata orang adalah paling romantis. Tapi seperti apa romantis itu? Dan kepada hasratku lagi aku berkata : berhenti merajuk, karena setelah hujan ada pelangi meskipun tak selalu tampak. Bias sinar mentari selalu ada meskipun tak kentara.
Begitulah..aku mendamaikannya.
.png){kind=logo}
