Kepada Senja dan Fajar
Surat Cinta untuk dipublikasikan, untuk sebuah nama yang tidak perlu disebutkan
Aku entah menjelma apa lagi untuk meyakinkan diri bahwa semua detik yang aus tadi adalah bagian paling menarik dari sikap tegas, yang disebut menunggu. Apa yang menanti di hari esok??? Pergantian senja dan fajar berkali-kali. Selalu sama tetapi berlainan hari. Aku menjadi marah pada diriku,, saat ini, ketika langit tak lagi bersinar seperti nyala kunang-kunang di Manhattan. Aku menyendiri di dalam kamar tepian, menanti detik melaju berharap lebih cepat hingga sampai fajar kesepuluh. Dan saat itu, entah kedua mata ini mampu menyaksikan fajar atau justru terpesona oleh sosok yang berdiri menutupi senjaku...
Tak ada yang beda pada malam ini seperti kemarin. Yang menjelaskan jarak kami hanyalah atap yang terus saja kupandangi.. Genting kaca itu seolah mampu meneropong dari kejauhan meter... Bulan seperti mengejekku karena ialah yang menjadi sama ketika dilihat bersamaan, di tempat yang berbeda. Tak ada yang bisa kulakukan selain menikmati diri tenggelam terus ke dalam cahaya rembulan yang kian menari-nari mengelilingi bola mataku.. Dia, entahlah.. Dia mungkin tak melihat apa yang menggodaku malam ini. Dia mungkin sudah terlelap dengan tangannya menyusup di bawah bantal, mencari tanganku tetapi tak ditemukannya karena aku disini tidak bersamanya.
Mungkin, dia tidaklah terlelap tetapi tertegun mencari jawab mengapa di semesta ini tercipta seorang perempuan. Lebih eksotis lagi, dia berontak dalam batinnya mengapa sang perempuan tak menemani malamnya... Menjadi geram karena tak mampu berbuat banyak, untuk sekedar mengakhiri harinya yang melelahkan dengan satu senyum saja. Karena aku, seorang perempuan, hanya mampu memberikan senyum pada jarak yang begini kaku..
Malam ini,, ada kesalahan. Ketika sebuah benda yang lahir dari kemajemukan emosi bernama kerinduan, mengoyak batin. Hanya saling membaca bekas-bekas canda seharian.. Meneliti kembali hal-hal yang mungkin saja terlewat. Atau, membawanya kepada tidur agar lelap dan muncullah pintu ajaib menemukan kami dalam satu pintu untuk dilewati bergantian...
Tragisnya, ini hanya khayalan karena imajinasi berpatah arang dengan realitas, kata Sutardji Calzoum Bachri, tetapi sepatah-patahnya arang, masih ada arangnya. Tidak menjadi kayu atau abu sebelum bertemu dengan api...
12 September 2009 : 12.00
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)