G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Ia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
CORAK BATIK
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan tertentu.
CARA PEMBUATAN
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, polyester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin (disebut malam) dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
JENIS BATIK MENURUT TEKNIK PEMBUATAN
Batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan. Karena itu harga selembar kain batik tulis tergolong mahal.
Batik cap adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
MOTIF BATIK DAN FILOSOFINYA
Motif ini konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Motif ini dihubungkan dengan binatang kuwangwung. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisyaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna. Motif kawung ini biasanya digunakan oleh kerabat kerajaan.
Ceplok
Motif ini merupakan modifikasi dari motif kawung. Motif ini dihubungkan dengan kepercayaan orang Jawa, yang disebut kejawen. Dalam ajaran kejawen ada kekuasan yang mengatur alam semesta. Disini Raja dianggap sebagai penjelmaan para dewa. Raja ini dikelilingi oleh para pembantunya yaitu para bupati. Orang jawa memaknai ini sebagai “kiblat papat kelimo pancer”. Dewa atau Tuhan sebagai pusat yang mengatur segalanya. Arah timur mengartikan sumber tenaga kehidupan, karena arah dimana matahari terbit. Arah barat mengartikan sumber tenaga yang berkurang, karena tempat tenggelamnya matahari. Arah selatan mengartikan puncak segalanya, dihubungkan dengan zenith. Arah utara sebagai arah kematian.
Motif ini hanya digunakan oleh para bangsawan pada masa dahulu untuk upacara-upacara kenegaraan. Motif ini sampai sekarang masih tetap terjaga. Parang Rusak mempunyai arti perang atau menyingkirkan segala yang rusak, atau melawan segala macam godaan. Motif ini mengajarkan agar manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbudi luhur sehingga dapat mengendalikan segala godaan dan nafsu.
Parang Klitik
Motif ini menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana. Dulu motif batik ini hanya dikenakan oleh para putri raja.
Parang Ceplok Sriwedari
Motif ini biasanya digunakan oleh golongan menengah ke bawah untuk menghadiri acara pernikahan.
Parang Ceplok Keci
Motif ini biasanya digunakan oleh golongan menengah ke bawah untuk menghadiri acara pernikahan.
Motif ini berasal dari kata sami-samien, yang berarti berbagai macam tumbuhan dan suluran. Pada motif ini sangat luas kemungkinannya dipadukan dengan ragam hias tambahan lainnya, antara lain: naga, burung, candi, gunung, lidah api, panggungan dan lar, sawat atau sayap. Ditinjau dan dirangkai secara keseluruhan motif batik semen terkandung makna bahwa hidup manusia dikuasai (diwengku) oleh penguasa tertinggi.
Dalam hidup, kehidupan kita sebagai manusia diwarnai dengan berbagai macam godaan yang menentukan jalan kita. Bila kita sesat maka kita akan terjerumus ke dalam neraka yang disebut sebagai tempat paling sengsara dan menyedihkan. Namun jika hidup kita diwarnai dengan kebaikan maka kita akan bahagia karena kita akan masuk surga sebagai tempat paling bahagia dan mulia. Motif ini biasanya digunakan oleh golongan menengah.
Motif ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) bermakna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari penikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.
WARNA
Warna coklat soga/merah, warna ini dikatakan sebagai warna hangat, sehingga diasosiasikan dengan tipe pribadi yang hangat, terang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, dan rendah hati.
Warna putih, warna ini dikaitkan dengan kebenaran, kebersihan, kesucian yang melambangkan karakter orang yang baik hati yang selalu mengutamakan kebenaran dan kejujuran dalam kehidupannya.
Warna hitam (biru tua), warna ini dikaitkan dengan kejahatan dan kegelapan. Dalam arti yang baik warna ini melambangkan orang yang mempunyai kepribadian yang kuat, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat atau komentar orang lain sehingga dalam melaksanakan kewajibannya akan dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sedangkan dalam arti yang tidak baik, warna ini melambangkan keangkaramurkaan, keserakahan, dan kesesatan.
Warna kuning, warna ini melambangkan ketentraman. Segala yang ada di dunia ini adalah baik untuk kehidupan.
Warna merah, warna ini melambangkan keberanian.
Warna hijau, warna ini melambangkan kesuburan.
Warna biru, warna ini melambangkan kesetiaan.
ORNAMEN
Ornamen garuda, melambangkan kekuatan dan keperkasaan. Dimana ornamen ini dalam pemakaiannya sering digambarkan dengan bentuk badan manusia dan kepalanya burung garuda.
Ornamen meru, melambangkan atau menggambarkan bentuk puncak gunung tetapi dari penampakan samping. Gunung ini diibaratkan sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewa. Motif ini menyimbolkan unsur tanah atau bumi, yang didalamnya terdapat berbagai macam kehidupan dan pertumbuhan baik itu kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
Ornamen lidah api, ornamen ini sering disebut sebagai cemukiran atau modang. Makna ini sering dikaitkan dengan kesaktian dan ambisi untuk mendapatkan apa yang diinginkan karena dalam pemakaiannya digambarkan dengan deretan api.
Ornamen ular atau naga, ornamen ini dalam pemakaiannya digambarkan ular yang kepalanya memakai mahkota. Ornamen ini melambangkan kesaktian dan kekuatan yang luar biasa.
Ornamen burung, ornamen ini merupakan ornamen utama yang dilambangkan burung merak, phoenix, dan burung yang aneh dan berjengger. Ornamen ini melambangkan kesucian dan dunia atas, karena burung merak ini sebagai kendaraan dewa-dewa.
YANG PERLU DIPERHATIKAN
Pada saat membeli batik, perhatikan posisi berikut:
Motif LAR atau SAYAP selalu mengarah keatas, tidak melintang atau kebawah.
Motif MEGA selalu melintang, tidak mengarah keatas atau kebawah.
Motif BURUNG dan BUNGA selalu dalam posisi mengarah keatas, tidak terbalik.
Motif KIPAS juga mengarah keatas bukan kebawah.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Batik
http://harryani.wordpress.com
http://indratj100755.multiply.com