» » Berbagi Rizki

Pembaca :
Sore itu sepulang kerja, saat menunggu bis disebuah halte, ku lihat seorang anak kecil berlari-lari di antara rintik-rintik hujan yang mulai turun. Kulihat wajahnya lesu dan bajunya lusuh terkena air hujan.

Akhirnya anak itu sampai juga di halte tempat ku menunggu bis. Ia berdiri tepat di sisi ku, Orang-orang di sekeliling menatapnya dengan sinis, seolah jijik. Tadinya aku pun tak peduli. Tapi begitu kudengar suaranya menggigil kedinginan, aku menoleh kesamping, usia anak itu sekitar tujuh tahun. memperhatikan bocah ini, pikiran ku melayang ke ponakan ku. Ku padang sekilas bocah ini. Ditangannya memegang sepotong roti yang basah terkena air hujan.

Diwajahnya menyiratkan rasa sedih dan kekecewaan, mungkin karena ia tak memperoleh sedikit uang dari hasil mengamen...
Aku mencoba untuk bertanya kepada anak itu.

"Dik, masih sekolah?" Dia tak menjawab, hanya menggelengkan kepala.

"Mau kue ini?" tanya ku lagi. Dia masih tidak mau menjawab, sepertinya dia mau tapi malu. Lalu kusodorkan kue yang ku beli dari kantin kantor tadi, dia pun menerimanya.

Hujan semakin deras disertai tiupan angin kencang. Ku perhatikan bocah ini seperti mengkhawatirkan sesuatu.

"Ayo dik, dimakan kuenya," ujarku.
"Namamu siapa ?" tanyaku lagi.
"Nama saya Maman Om" Dia pun menyebutkan namanya.
"Kue ini buat nenek saja," jawab anak itu.
"Nenek? Diamana ayah dan ibumu?" tanyaku sedikit heran.

Anak itu sepertinya ragu untuk menceritakan keadaan dirinya yang sebenarnya. Dengan suara yang sangat pelan, Ia mengatakan jika kedua orang tuanya sudah meninggal..., kemudian tampak matanya berkaca-kaca.

Ah, aku jadi serba salah, hatiku trenyuh, ceritanya pun berlanjut. Katanya neneknya sedang sakit dan tinggal dirumah. Ia ingin membelikan obat, tapi uang hasil mengamen hari ini tidak cukup.

Karena hari sudah menjelang malam dan bis yang ku tunggu datang, aku tak bisa meneruskan percakapan dengannya. Tapi kami berjanji bertemu esok dengannya ditempat yang sama, di halte bis ini.

Sesampai dirumah, pikiranku terus teringat pada anak kecil tadi. Dibenak ku terbayang seorang nenek yang sedang terbaring sakit. Aku tak menyangka anak sekecil itu punya perhatian yang besar pada orang tua, ia rela kehujanan dan kepanasan mencari sedikit rizki buat neneknya yang terbaring lemah karena sakit....

Sungguh bertolak belakang dengan mereka yang berharta melimpah, belanja, senang-senang keluar masuk Mal mewah. Banyak orang tega menitipkan orang tua mereka ke panti jompo dengan berbagai alasan, seperti merasa direpotkan mengurus orang tua yang sudah mulai renta misalnya. Padahal yang dibutuhkan orang tua hanyalah sedikit perhatian dari anak-anaknya yang telah mereka rawat, didik, sampai dewasa tanpa pamrih sedikitpun.

****

Keesokan harinya akupun bertemu dengan anak itu lagi, aku memintanya agar mengantarku menemui neneknya yang sedang berbaring sakit. Ku ikuti dia berjalan menuju semacam bedeng dipinggiran rel kereta api. Di sebuah gubuk tampak olehku seorang nenek berbadan kurus dengan kulit kering dan berwajah keriput berbaring lemah..

"Ya, Allah, salahkah apa yang ku lihat?" gumamku.

Yang tampak olehku bukanlah sebuah rumah, rumah seperti yang kubayangkan, akan tetapi sebuah gubuk yang terbuat dari kardus bekas, sangat tidak layak huni. Tapi disinilah Maman dan neneknya tinggal. Sang nenek walaupun badanya renta, Ia masih bekerja dengan memulung. Rasa kemanusiaan ku terusik, aku harus melakukan tindakan. Kubawa nenek itu ke sebuah klinik dokter tak jauh dari tempat tinggalnya...

Sebelum aku pamid pulang, tak lupa ku selipkan sedikit uang padanya buat sekedar jajan. Ia tersenyum gembira dari matanya menunjukan rasa terima kasih.

Akupun pulang naik angkutan umum. Hari itu aku begitu bahagia. Jauh lebih bahagia disaat aku menerima ijazah kelulusan dari Universitas.
Aku senang bisa membantu sesama yang sangat membutuhkan, menyisihkan sedikit rizki yang ku peroleh buat mereka.

Selang tiga hari kemudian, saat aku keluar dari kantor kulihat Maman berlari-lari kecil menghampiri ku, Ia bercerita bahwa neneknya sudah sembuh dan sudah dapat bekerja kembali. Aku senang sekali mendengarnya, Andai saja aku bisa berbuat lebih untuk mereka. Tapi aku sadar jika aku hanyalah seorang pegawai rendahan, keuanganku juga amat terbatas. Tapi aku bersyukur karena hidupku jauh lebih beruntung dibandingkan Maman dan neneknya..........


Disclaimer
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)

Above article written by Unknown

bean
Hi there!, You just read an article Berbagi Rizki . Thank you for visiting our blog. We are really enthusiastic in Blogging. In our personal life we spend time on photography, mount climbing, snorkeling, and culinary. And sometimes We write programming code.
«
Next
Newer Post
»
Next
Older Post

Silakan beri komentar dengan akun facebook Anda