Saat berkunjung ke Batam selain berbelanja di daerah Nagoya, Oyiners juga bisa berkunjung ke kawasan wisata sejarah Camp Vietnam atau juga biasa disebut Kampung Vietnam yang terletak di Pulau Galang.
Perang saudara di Vietnam tahun 1979 mengakibatkan penduduk Vietnam Selatan mengungsi dari negaranya demi alasan keamanan. Mereka mengungsi dengan menggunakan perahu-perahu kayu sederhana yang kondisinya memprihatinkan karena dalam satu perahu bisa ditempati 40-100 orang.
Berbulan-bulan para ‘Manusia Perahu’ ini terombang-ambing mengarungi perairan Laut Cina Selatan sejauh ribuan kilometer tanpa tujuan yang jelas dengan harapan mendapat perlindungan dari negara lain. Sebagian dari mereka ada yang meninggal di tengah lautan dan sebagian lagi berhasil mencapai daratan, termasuk wilayah Indonesia.
Pengungsi pertama yang yang mendarat di Indonesia adalah di Kepulauan Natuna bagian utara pada tanggal 22 Mei 1975, sebanyak 75 orang. Untuk mencapai Camp Vietnam, bisa ditempuh dalam waktu sekitar 60 menit menggunakan kendaraan bermotor dari pusat kota Batam menuju Pulau Galang dengan melalui Jembatan Barelang.
Jembatan Barelang yang namanya merupakan singkatan dari Batam, Rempang, dan Galang terdiri dari 6 jembatan yang menghubungkan pulau-pulau kecil. Diperlukan waktu sekitar 1 jam yang diiringi pemandangan lautan biru yang indah tiap kali berada di atas jembatan hingga akhirnya tiba di Pulau Galang.
Dari jalanan utama Pulau Galang, di sebelah kiri akan terlihat gapura berbentuk perahu bercat merah dan putih sebagai gerbang masuk Camp Vietnam. Dengan membayar di loket masuk sebesar Rp. 5000 per mobil dan Rp. 3000 per orang, perjalanan napak tilas bersejarah ini pun dimulai.
Melewati jalanan yang sunyi dan berkelok-kelok membelah rimbunnya pepohonan di kanan-kiri serta monyet-monyet tampak terlihat. Kita dapat menyaksikan silih berganti bangunan-bangunan bersejarah. Salah satunya yang terdekat dari gerbang masuk adalah Humanity Statue.
Monumen kemanusiaan ini berbentuk patung perempuan dalam keadaan terkulai. Monumen ini didirikan untuk mengenang tragedi kemanusiaan Tinh Han Loai, seorang wanita yang bunuh diri karena malu setelah diperkosa oleh sesama pengungsi. Pemerkosaan bukanlah satu-satunya tindakan kriminal yang dilakukan oleh para pengungsi.
Beberapa dari mereka juga mencuri, bahkan membunuh. Oleh karena itu sebuah penjara juga dibangun di tempat ini yang digunakan untuk menahan para pengungsi yang melakukan tindakan kriminal dan yang mencoba melarikan diri.
Tidak jauh dari Humanity Statue, terdapat pemakaman Nghia-Trang Galang. Sekitar 503 pengungsi dimakamkan di sini. Kebanyakan dari mereka meninggal akibat penyakit yang diderita selama berlayar berbulan-bulan di laut lepas. Pemakaman itulah yang membuat para kerabat yang telah kembali ke Vietnam atau yang telah mendapat suaka di negara lain kerap datang ke Pulau Galang untuk berziarah.
Selepas pamakaman Nghia-Trang Galang, kita akan melihat Monumen Perahu. Perahu-perahu ini, sebagian perahu asli yang benar-benar digunakan para pengungsi untuk mengarungi Laut Cina Selatan.
Tak terbayangkan bagaimana para ‘Manusia Perahu’ tersebut bisa bertahan untuk hidup. Perahu-perahu ini pernah dengan sengaja ditenggelamkan, bahkan sebagian perahu dibakar oleh para pengungsi sebagai bentuk protes atas kebijakan UNHCR dan Pemerintah Indonesia yang ingin memulangkan sekitar lima ribu pengungsi.
Tempat-tempat ibadah juga tersedia di area pengungsian. Di sini ada vihara, mushala, gereja Kristen, serta gereja Katolik. Semua bangunan tersebut masih orisinil. Hanya vihara yang baru saja diperbaiki dan dicat ulang sehingga terlihat mencolok di antara bangunan-bangunan tua lainnya.
Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, Gereja ini setiap harinya dijaga oleh seorang Bapak yang ramah. Menurut pengakuan beliau, bangunan gereja ini interiornya masih asli.
Di bagian samping gereja terdapat patung-patung, di antaranya patung Bunda Maria yang menginjak bola dunia di dalam sebuah perahu. Di kanan-kirinya terdapat dua patung singa putih yang di punggungnya terdapat tulisan dalam bahasa Vietnam dan Inggris. Tulisan berbahasa Inggrisnya berbunyi sebagai berikut:
“O Mary, we are all deeply grateful for your protecting presence on our way to freedom. We always entrust our lives to you. Your care for us will be highly appreciated in our heart forever.”
Kalimat rasa syukur yang sangat dalam maknanya bagi para pengungsi yang berhasil dengan pantang menyerah berusaha menemukan harapan baru demi kehidupan yang lebih baik.
Begitulah kira-kira gambaran Camp Vietnam di Pulau Galang, Batam. Tempatnya yang sunyi, dengan rimbunyya pepohonan serta bangunan-bangunan terbengkalainya membuat siapapun yang berkunjung ke sana terhanyut membayangkan pilunya sejarah kemanusiaan..