CINTA? TAIK KUCING !!!
Okelah, itu hanya intro namun asli terjadi bukan rekayasa.
Cinta kerap digambarkan dalam ekspresi yang mengerikan, menjijikkan, bahkan mengada – ada. Cinta. C-I-N-T-A. Semua orang di dunia ini mengenal cinta, yang bisa dirasakan namun wujudnya abstrak. Bahkan tak jarang orang menjadi ahli perihal cinta, setelah berkali – kali patah hati. Hmmm
Menurut berbagai referensi (alias curhatan teman), cinta itu labil. Ada yang mengatakan cinta itu taik kucing, tapi toh ia tetap jatuh cinta. Kalau begitu, ia pasti sudah menemukan taik kucing rasa cokelat. Hahaaa aneh! Mengapa ia mengumpat sedemikian membara mengatakan cinta itu taik kucing kalau akhirnya ia menemukan cinta (taik kucing) yang menggoda hatinya? Ah, mana kutahu. Malah, ekstrimnya, buku bertajuk Cinta-Taik Kucing laris manis diperbincangkan. Berbagai puisi pun diberi judul yang sama. Agaknya, cinta definisi taik kucing ini banyak yang menjadi korbannya.
Lain lagi, temanku menulis status di timelinenya begini : “Love is blindness”. Wow, segitunya cinta disamakan dengan buta? Tentu saja bukan buta tak punya indera penglihatan normal, tetapi buta hatinya. Lalu apakah hati punya mata? Kukira cuma kaki yang punya mata. Menurutnya, ketika jatuh cinta ia jadi tak nafsu makan karena diserang rindu yang ganas. Wah, benarkah? Apakah sudah ada pengobatan terhadap ‘cinta’ tipe ini? Tetapi di lain hari ia berkata melihat gadis pujaannya saja, ia tak lapar lagi. Wah, ini bisa menyukseskan peribahasa ‘hemat pangkal kaya’. Tentu saja ia bohong, setelah itu ia makan dua mangkuk soto.
Kahlil Gibran mengatakan bahwa seseorang tidak akan menyadari kedatangan cinta sebelum ditikam oleh durinya perpisahan. Bukankah sakit kalau ditikam, apalagi dari belakang? Kan ada lagunya: sakit bukan main, sakit minta ampun. Dimana – mana duri pasti sakit kalau ditusukkan ke kulit, kalau tidak percaya silakan dicoba. Ngeri bukan, kalau untuk merasakan cinta harus melewati sakit ditusuk duri? Dan belum tentu yang dicintai itu pasti menerima, kalau ditolak ya jadi taik kucing tadi.
Di belahan bumi lain, seseorang mengatakan jatuh cinta membuatnya gila. What? Lalu kenapa ia masih lengang saja berinteraksi dengan orang lain? Bukankah itu berbahaya? Ia seharusnya sudah dalam rehabilitasi di salah satu RSJ khusus kasus jatuh cinta. Dan berapa banyak orang yang sudah jatuh cinta? Berarti ada kemungkinan akan terjangkit juga. Bisa jadi ini merupakan virus yang lebih dahsyat dari H1N1 alias flu babi yang harus diwaspadai oleh WHO (World Health Organization) karena mengancam kelangsungan hidup umat manusia yang berakal sehat.
Benar – benar mengerikan rupanya definisi cinta yang digambarkan oleh berbagai sumber tadi.
Cinta juga menjadi inspirasi banyak musisi sampai dikatakan sehari tak bertemu rasanya bagaikan sewindu. Kalau tak bertemu kekasih sehari saja bagai sewindu, kalau dua hari sama dengan dua windu, lalu aku cepat tua??? Ulang tahunku jadi tak menentu. Kemarin aku bertemu si doi, sekarang sudah tiga hari tidak bertemu artinya usiaku sudah bertambah tiga windu? Oh, No! Plis lagu itu sungguh meresahkan.
Mengada – ada, dikatakan ketika bertengkar serasa dunia akan kiamat, dan ketika mesra serasa di surga. Asyik sekali kalau begitu orang – orang tak perlu berlomba – lomba mencari tiket ke surga lewat ibadah. Jatuh cinta saja dan bermesralah, maka surga datang. Ini juga mampu menekan angka perceraian ke titik nol sebab siapa yang tak mau surga? Walaupun di neraka ada artis idolanya. Tetapi hati – hati jangan sampai bertengkar karena bisa mengundang kiamat. Hmmm
Kenapa sih tak ada definisi yang pasti tentang satu kata ini? Malah kebanyakan mendifisikannya dengan bahasa yang mengerikan. Dari taik kucing, buta, gila sampai kiamat. Tapi toh tetap saja orang mau jatuh cinta. Yang baru jadian makan – makan, yang baru putus cinta minum – minum alias mabuk biar nge-fly dan lupa akan sakitnya. Padahal kalau sudah hilang efek alkoholnya, ia juga merenung di bawah shower – kata salah satu narasumber (korban patah hati).
Aku bicara ngawur begini pasti muncul pertanyaan : “kamu sudah merasakan cinta belum?” Yah, tentu lahh, aku kan manusia normal bukan patung. Tetapi aku tidak mengatakan cinta itu taik kucing, buta, membuat gila, bahkan mengundang kiamat. Jadi aku tak perlu mengingkari sumpah serapahku sendiri. Hehe… Itu tadi hanya sedikit memoriku tentang curhatan teman akan cinta. Dikira mereka aku psikolog cinta mungkin, dan itupun gratis! Di dunia ini tidak ada pakar cinta, kalaupun ada yang mengaku pakar itu alibinya untuk menutupi malang melintangnya berkali – kali patah hati. Ditolak, disakiti, dikhianati, ditipu. Weits, berbagai tahap harus ditempuh untuk menjadi profesor cinta.
Kembali ke definisi cinta. Kalau sudah banyak yang mendefinisikan cinta ke dalam ungkapan – ungkapan yang ngeri begitu, kenapa masih ada yang mau jatuh cinta? Bahkan malu disebut jomblo walaupun disisipi embel – embel ‘bahagia’. Nah, kenapa tidak mendefinikan cinta ke dalam ungkapan yang menyenangkan sehingga orang akan tertarik untuk merasakannya? Jangan minta aku mendefinisikannya, karena aku bukan pakar cinta.
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)