Jalan - jalan ke Lawang Sewu sebelum dipugar
Lawang Sewu merupakan bangunan unik kantor perkeretaapian pada zaman Belanda dengan banyak jendela dan pintu (konon pintunya berjumlah lebih dari 1000 jadi diberi nama Lawang Sewu, dalam bahasa Indonesia artinya Pintu Seribu).
Aku sendiri bukan asli anak Semarang, tapi aku lama tinggal di kota ini untuk menuntut ilmu pada salah satu PTN. Saat aku libur tidak ada kegiatan belajar atau malas pulang kekampung halaman, aku menyempatkan diri jalan-jalan diseputar kota terutama mengunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah. Dan tentu saja selain mengunjungi tempat-tempat tadi, aku juga suka menikmati kuliner khas kota Semarang.
|
Pemandangan lalu lintas di Tugu Muda dari lantai 2 Lawang Sewu |
Kembali ke cerita Lawang Sewu. Boleh percaya apa tidak, bahwa ruangan-ruangan Lawang Sewu masih berhawa angker atau mistis. Dikomplek ini terdapat Museum Mandala Bakti, salah satu museum yang menyimpan banyak benda-benda bersejarah saat revolusi seperti peralatan perang, dll. Letak Lawang Sewu berdekatan denganTugu Muda. Tugu Muda adalah ikon kota Semarang.
|
Pintu dan jendela hampir sama ukurannya |
Tugu Muda adalah tugu yang berbentuk lilin dimana pada dindingnya terdapat relief cerita perjuangan Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang. Jika ingin berkunjung ke kawasan ini, sebaiknya kita datang malam hari karena disini ada wisata malam Lawang Sewu, wisata ini menyuguhkan atraksi-atraksi yang menarik seperti tarian Barongsai, Kuda lumping, pertujukan Wayang kulit dan bagi kawula muda yang suka berjingkrak-jingkrak, pengelola Lawang Sewu mendatangkan kelompok musisi lokal yang beraliran Rock, Indie, Electro, Campur sari serta Dangdut. Kalian tinggal pilih mana yang kalian minati untuk ditonton.
|
Lorong Lawang Sewu |
Capek berkeliling di Lawang Sewu, kini saatnya kita berkuliner menikmati jajanan khas kota ini, jika kita lapar, kita dapat menikmati Nasi Gongso racikan ibu Ngadinem. Rasanya sangat menggelitik di lidah. Asam, manis, gurih dan pedas bercampur jadi satu. Selain nasi gongso, Ibu Ngadinem juga menyediakan cemilan faforit yaitu peyek yang dibuat dari kumis ikan lele, peyek kumis ikan lele ini rasanya gurih dan renyah. Peyek kumis ikan lele ini tidak di jual ditempat lain. Konon menurut cerita beberapa penikmat peyek tsb, jika sering memakannya dapat melanggengkan hubungan dengan sang kekasih..
Kita juga dapat menikmati jajanan Internasional dan tempatnyapun tidak jauh dari kompleks Lawang Sewu, yaitu kawasan Simpang Lima. kawasan ini merupakan pusat belanja modern dimana terdapat tiga mall besar juga deretan pertokoan yang menjajakan aneka macam kebutuhan.
|
Halaman belakang Lawang Sewu |
|
Ruang - ruang di dalam terhubung dengan pintu kecil |
Simetris dan artistik
Jalan - jalan ke Lawang Sewu setelah dipugar
|
Lawang Sewu dari pintu kiri |
|
Setelah dipugar tambah banyak wisatawan |
|
Pemugaran tidak merubah struktur bangunan |
|
Lorong - lorongnya makin bersih |
|
Warna semakin tegas dan rapi |
|
Kesan horor pun luntur |
Sumber foto:
www.photobucket.com
www.seputar-semarang.com
www.indonesiantourguide.net
Ayin dan Oyin.
Tulisan oleh : qtrix