» » Meida

Pembaca :
Kita bermain – main. Aku berlarian. Kau bersembunyi. Lalu aku yang bersembunyi dan kau berlarian, tetapi Meida menunggumu. Dua bulan yang lalu aku bertemu Meida, ia sangat senang menyambutku. Disuguhkannya minuman paling segar dari rumahnya. Diantara panas siang itu, ia tak berhenti tersenyum kepadaku.

Aku sendiri mulai kehilangan kendali sebelum akhirnya kukenakan kacamata hitamku. Silau, keluhku. Karena tepat di depanku aspal memuai oleh matahari. Dan gerah, kubilang padanya lalu aku bergegas pergi dengan sekali tersenyum. Aku tak melirik Meida sedikitpun setelah aku beranjak darinya. Aku tak mau berubah pikiran karena melihat matanya yang sayu. Bola mata seperti itu semakin menyulitkanku untuk bernafas lega. Aku tak mau menjadi simpati karena dua bola mata yang tak tahu apa – apa.

Hujan sesampainya aku di rumah. Cepat sekali siang yang terik menjadi dingin. Mungkin karena aku tengah berdiri di bawah payung tepat menyentuh pagar rumah. Untuk beberapa lama aku hanya bisa diam. Percik air menyembunyikan kedatanganku. Kau yang mungkin sedang lelap tak merasakan kedatanganku.

Sekejab aku menjadi sedih. Pintu pagar ini mulai berderit keras. Rerumputan yang tak lagi rata dengan tanah seperti di kelilingi ilalang. Tuan rumah ini menjadi gila beberapa saat yang lalu. Ia terjebak amarahnya dan berlarian dalam gelap. Berbekal sebuah berita dari pedagang sayur keliling, ia percaya begitu saja dan kalap merasa dirinya terbengkalai.

Meida. Gadis itu. Aku benci dengannya.

Tapi aku kembali pulang. Perlahan ketika membuka pintu, suara – suara yang kuciptakan membangunkanmu. Derit pagar, ketukan sepatu, suara air dari ujung payung yang jatuh di teras, bunyi daun pintu terbuka meskipun sudah kucoba pelan membukanya membuatmu bangun dari tidur di siang yang gelap karena mendung ini.

Setengah mengantuk dengan raut kusut kau mengayunkan langkah menemuiku. Aku tertatih menuju kursi sebab dingin diluar tadi menguasai kesadaranku. Dibalik kacamata hitam ini kusembunyikan marahku menjadi lipatan – lipatan senyum. Dingin, kau bisa merasakannya juga dari ujung jari – jariku. Berendam di dalam air panas akan melelehkan rasa lelah ini. Tunggu, beberapa saat lagi aku akan siap menjawab pertanyaanmu.

Kubenamkan seluruh tubuhku di dalam air hangat. Aroma melati sedikit menghangatkan pikiranku. Aku hanyut, aku mulai mengantuk. Dan kau, jangan menatapku seperti itu. Aku perlu tidur, mungkin cukup lama sebelum aku mau menjawab pertanyaanmu. Jika cukup perhatian harusnya kau siapkan bubur panas atau yang lainnya untukku ketika terbangun nanti, sebab aku pasti lapar dan ingin makan agar aku bisa menjawab pertanyaanmu.

Berhenti menatapku penuh tanda tanya. Aku lelah dan tidur adalah satu – satunya yang kumau. Biarkan saja sisa – sisa tidurmu tadi masih menempel di bantal dan selimut. Mungkin hangat tubuhmu menjalar memenuhi kamar ini sehingga aku bisa cepat lepas dari dingin. Biarkan jendela tetap terbuka meskipun malam sudah datang. Jangan nyalakan lampu di kamar ini, biarkan jika bulan mau bersinar cahayanya bisa masuk membangunkanku, lalu aku bisa bangun dan menjawab pertanyaanmu.

Akustik dari Maria Mena yang bertajuk Sorry memaksaku bangun. Malam sudah sangat larut disini, entah di tempat Meida. Musik apa yang ia dengarkan hari ini, aku tak tahu tapi aku ingin tahu sebab belakangan aku ingin tahu segala sesuatu tentangnya.

Mataku terhenti di depan pintu. Blus biru yang tergantung di balik pintu ini mungkin sengaja kau siapkan untuk kupakai, tapi jika aku menemuimu dengan blus kuning apakah kau akan kecewa? Aku merasa geli sekarang. Soal blus saja membuatku berhenti. Aku berpikir apakah Meida juga memiliki blus seperti ini dengan warna yang sama pula atau entahlah, aku lupa bertanya tentang warna kesukaannya.

Ini masih rumahku. Lama aku tinggal di dalam sini menyaksikan pergantian musim. Aku tak berpikir untuk keluar, sebelum kuputuskan untuk menjawab pertanyaanmu hari ini. Meida membantuku menjawabmu, tapi aku membencinya karena ia telah membantuku. Salahkah aku dengan keputusanku kali ini ?

Di, jangan menatapku seperti itu. Biarkan kuhabiskan dulu sup ini. Ini kau beli dari luar, sebelum ini menjadi dingin dan rasanya tak enak lagi sebaiknya memang kuhabiskan. Jadi kau pasti senang melihatku makan dengan lahap. Sebenarnya ini tak begitu enak atau aku sendiri yang tak bisa menikmati. Sup yang malang untuk sampai di lidahku tetapi tak kupuji.

Oh ya, Di, aku menghabiskan dua bulan ini dengan baik. Aku berlibur. Ini jawabanku, kau pasti bertanya kemana aku pergi, aku berlibur. Dan lagi, aku menemui Meida sebelum aku pergi. Aku tahu kau tentu kaget mendengar aku menyebut namanya. Meida, gadis itu, aku membencinya tapi kau menyukainya. Aku mendengar dari tukang sayur keliling pagi itu, tiga hari sebelum aku memutuskan berlibur bahwa kau sering menemuinya.

Di, jangan gemetar dan jangan pura – pura tak tahu. Duduklah yang tenang sambil melihatku menghabiskan sup ini, ini kau yang beli jadi aku harus menghabiskannya. Kau ingin aku memakai semua yang kau belikan, kau ingin aku memakan semua yang kau belikan, kau ingin aku melakukan semua yang kaumau. Sebelum aku disini untuk menjawab pertanyaanmu.

Biarkan aku mengenang diriku dirumah ini. Besok aku akan meninggalkannya, meninggalkanmu juga. Aku mohon jangan mencariku, jangan mencegahku, jangan membuatku berpikir berulang kali. Aku kesini menemuimu untuk menjawab pertanyaanmu. Aku tak pernah punya niat berlibur sendirian sebelum kau menemukan Meida. Bola matanya indah, itu bagian yang paling menawan menurutku. Kau pasti setuju.

Jadi, aku mengalah. Kau boleh menghabiskan hidupmu bersama Meida. Karena aku ingin berhenti bermain – main denganmu. Dulu kau bersembunyi di rumah Meida dan aku berlarian mencarimu. Lalu aku bersembunyi dan kau berlarian mencariku, tetapi Meida menunggumu.

Di, malam ini aku disini tetapi esok dan seterusnya aku tak mau disini lagi. Kita bukan kanak – kanak, jadi kau tentu mengerti keinginanku. Kali ini aku tak bisa melakukan apa yang kaumau dariku…

Meida, gadis itu, aku membencinya.

Disclaimer
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)

Above article written by Unknown

bean
Hi there!, You just read an article Meida . Thank you for visiting our blog. We are really enthusiastic in Blogging. In our personal life we spend time on photography, mount climbing, snorkeling, and culinary. And sometimes We write programming code.
«
Next
Newer Post
»
Next
Older Post

Silakan beri komentar dengan akun facebook Anda