Kilau Pisau ( surat cinta bagian 4 )
Jangan paksa aku memaafkanmu. Karena keringat tak kembali ke dalam tubuh. Aku menangis, sepilu duri lepas dari dahan. Dimatamu tak terlihat nyala amarahku, sebab kau tak menatapku. Bagaimana kutegaskan dukaku setinggi apa? Dan disinilah aku kehilangan rasa. Duka merajai aku. Bergelayut seiring deru angin menabrak dinding. Bergantian menghantam dan lebur bersama waktu. Satu persatu, aku menguliti keteguhanku. mencari jejaknya yang mungkin saja masih ada, sehingga aku sanggup berdiri untuk menyambutmu.
Sekarang aku nyeri. Melihat nyata mata pisau itu mengincar leherku. Kilaunya berkilat-kilat ke arahku. Nyeri disini. Nyeri disana. Nyeri dimana-mana. Nyeriku nyeri sendiri. Dukaku duka sendiri. Tangisku menangis sendiri.
Tak pernah kuijinkan kau membagi tawa khasmu itu dengan siapapun. Itu milikku dan atas keegoisanku, aku menguasaimu. Kemarin, disana, ditempat teramat jauh yang tak tertembus pandangan mataku, kau bercengkerama. Aku bingung pada kesadaranku. Adakah aku menangis karena sedih atau karena benci.
Ada banyak kesalahan. Hingga lupa menghitung dan lelah mengingat. Apakah salah jika aku bertahan. Adakah jaminan kau menyadari kekeliruanmu. Atau aku yang terlalu egois tak mau beranjak. Kegagalanku satu, tunduk patuh pada keperempuananku. Kalau saja aku seorang lelaki, aku memilih bunuh diri sebab dadaku didesak lirikan mata pisau. Denyut putus asa menari – nari di sekeliling pikiranku. Bayanganku kabur, memudar perlahan. Aku tak lagi bercanda berlebihan denganmu. Kucari sudut cemas yang selalu kau tebarkan padaku. Dan aku enggan bergerak meskipun laut mengering sebab seluruh airnya naik mengguyurku.
Seperti kita percaya bahwa khayangan itu indah tanpa pernah berpijak disana dan tak seorangpun tahu dimana ia berada. Tak ada yang meragukan andai saja khayangan tak seindah seperti yang dikatakan tentangnya. Karena ada satu kekuatan yang melingkupi tempat itu yang tak tertembus imajinasi manusia. Kita, hanya percaya tanpa tahu apa yang dijanjikan untuk kita. Seperti itu aku berada disini mempercayai diriku sendiri. Aku tak tahu apa yang ditawarkan hidup saat ini. Tentara langit tidak turun menemuiku untuk berbisik akan sesuatu yang kutanyakan.
Aku bukan cenayang. Aku bukan ilmuan. Tapi aku tahu memandang gerhana akan sakit dimata. Bagaimana ?? Bisaku hanya memaafkanmu sekarang. Bolehkah aku marah, tetapi bagaimana marah itu? Aku belum tahu. Atau, kau mau mengajariku ???
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)