Anton. Ia kusebut Anton saja, mungkin masih saudara jauh Rico de coro-nya Dee dalam filosofi kopi. Hari itu ia terus mengganggu. Aku bayangkan kusemprot saja dengan pembunuh nyamuk biar mampus. Tapi ia bukan nyamuk apa bisa manjur ???
Dari sejam kuamati ia berjalan mondar-mandir di depanku. Sangat mengganggu. Sesekali ia menyentuh ujung kakiku, berusaha menarik perhatianku dari buku tebal ini. ouh, aku ingin konsentrasi sejenak saja !!!
Aku pura-pura tak melihat. Biar saja ia terus bertingkah. Kalau bosan akan pulang sendiri. Memang ia sendirian, tak ditemani yang lain. Saudara perempuannya dua hari yang lalu mati, dibunuh Nadia begitu saja dengan santainya. Kemudian orang-orang menanyai Nadia tentang kejadian itu dan Nadia menjawab dengan santai : apa aku terlalu sadis? Hemmm entahlah. Tak ada ekspresi bersalah atas pembunuhan itu. Mata Nadia terus fokus pada berita di televisi tentang siaran ulang Miss Universe. Batinnya mungkin, ia suatu saat akan berdiri di panggung raksasa itu….
Kembali pada Anton, aku dibuatnya jengkel dengan tingkahnya. Tanganku gatal ingin menghajarnya. Ia mengganggu tidurku tadi. Sekarang ia muncul lagi menggoda semangatku membaca buku. Sungguh kesal aku !!!
Cukup! Kena lah sudah sendalku tepat di pipinya. Plok!!! Dengan kerasnya. Ia berhenti. Meratapi sakitnya mungkin. Dan aku tertawa dalam hati.. Ini saja dan enyahlah selamanya. Hemm ia diam. Sangat lama ia diam saja. Aku jadi merasa bersalah, merasa keterlaluan. Tapi, aku sudah melakukannya. Pantaskah aku kejam begitu? Aku bukan Nadia yang tanpa ekspresi sanggup menghabisi saudaranya…
Kugoyang-goyangkan tubuhnya. Mati. Dalam pikiranku ia telah mati. Oh, tidak! Aku membunuh. Hatiku kacau. Aku merasa trenyuh sekali. Aku telah membunuh dan kini kusaksikan tubuhnya terbujur kaku. Aku telah membunuh!!!
Aku telah persiapkan diriku untuk menebus dosa. Dengan perasaan yang sangat kacau. Aku sendirian. Aku goyangkan kembali tubuhnya. Oh tetap kaku tak bergeming sedikitpun. Ya Tuhan, inikah takdirku membunuh ciptaanMu… Sudah satu jam, ia tak bergerak sama sekali. Ia mati ???
Tapi, ups. Aku tertipu !!! Sial sekali !!! Hendak kuangkat tubuhnya, ia bergerak dengan cepatnya dan berlalu dariku. Cepat sekali seperti tak ada adegan mati.. Begitu cepat sampai aku tercengang sendiri. Aku sudah menangis dan dia menipuku? Ah ! Mukaku terlihat konyol sekali…
Dasar kecoa !!! Dari selokan mana ia muncul…
**************
Untuk Arini dan Nadia yang menyebut dirinya bermusuhan dengan kecoa….