» » Mengulas Sejarah Hilangnya Selat Muria

Pembaca :
Banjir yang tak berkesudahan di mana-mana, membuat sebagian masyarakat direpotkan.
Hujan yang mengguyur Jepara, Jawa Tengah, sejak Senin malam lalu hingga Selasa 28 Januari 2014, mengakibatkan daerah ini kembali terkepung banjir. Bahkan daerah yang tergenang banjir kali ini lebih luas.

"Akankah Terbentuk lagi Selat Muria yang memisahkan Jepara dengan kota di sekitarnya ?"


"Jepara nyaris lumpuh," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jepara, Lulus Suprayetno. Banjir menggenangi 8 kecamatan dari 16 kecamatan yang ada, yakni Kecamatan Pecangaan, Mayong, Nalumsari, Welahan, Kalinyamatan, Kedung, Taunan, dan Donorojo. "Banjir disebabkan oleh jebolnya tanggul di Sungai Mayong, Bakalan, Pecangaan, dan Karang Randu," ujar Lulus.

Meluasnya banjir memaksa kepolisian setempat menutup arus lalu lintas bagi sepeda motor dan mobil kecil. Penutupan dilakukan pukul 12.00 hari ini. Hanya truk besar yang diperbolehkan melintas. "Banjir di Jalan Raya Gotri, Jepara, setinggi pinggang orang dewasa sepanjang satu kilometer," kata Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Jepara Ajun Komisaris Polisi Andi Muhammad Indra.

Penutupan jalur juga dilakukan di Jalan Raya Welahan, perbatasan antara Demak dan Jepara. Dengan ditutupnya jalur tersebut, akses menuju Jepara dari arah Demak dan Kudus lumpuh.


Fenomena yang cukup mencengangkan. Terjadi di desa Sukodono tepatnya di selatan sirkuid Mbakalan Mewah kemarin. Yang semula jalur irigasi, tanah retak dengan kedalaman tak lebih dari 1 meter dalam tempo beberapa hari. Jalur irigasi seperti terbelah dengan kedalaman kurang lebih 8 meter membentuk jurang dengan panjang mencapai ratusan meter dan 1 rumah terancam roboh.

Dengan adaya peristiwa tersebut, pihak terkait akan dibantu rekan dari Solo untuk membantu pemetaan melalui citra satelit dan analisanya, dikhawatirkan terjadi landside / tanah gerak, atau Ambles. Dan yang dikawatirkan pas jalur patahan gunung muria. Apakah akan terbentuk lagi Selat Muria yang memisahkan Jepara dengan kota di sekitarnya ?


Gunung Muria yang berdiri gagah di antara wilayah Jepara, Kudus, dan Pati menyimpan banyak sejarah yang sangat menarik. Di antaranya adalah pernah adanya sebuah selat yang memisahkan Gunung Muria dengan pulau Jawa, yaitu Selat Muria. Sangat menarik untuk dijadikan wawasan kita bersama untuk cerita anak cucu kita nanti.


Sebelum abad 17, Muria adalah sebuah pulau yang terpisah dengan Pulau Jawa yang dahulu disebut Pulau Muria. Kedua pulau itu dibatasi oleh Selat Muria. Fakta ini pernah diungkap dalam kajian yang dilakukan HJ De Graaf dan Th G Pigeaud (Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram; Grafiti Pers, 1985), Pramoedya Ananta Toer (Jalan Raya Pos, Jalan Daendels; Lentera Dipantara, 2005), serta Denys Lombard yang meluncurkan dua serial bukunya (Nusa Jawa: Silang Budaya, Kajian Sejarah Terpadu; Gramedia, 1996 a-b). Bagian pertama tentang batas-batas pembaratan, dan bagian kedua tentang jaringan Asia.


Dahulu pusat Kerjaan Demak terletak di tepi pantai Selat Muria yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Pulau Muria. Kapal dapat berlayar dengan baik saat melewati selat yang cukup lebar. Oleh karena itu dalam sejarah, Kerajaan Demak pernah disebut sebagai Kerjaan Maritim.

Tetapi setelah abad ke-17, selat Muria sudah tidak dapat dipakai berlayar setiap saat, karena terjadi pendangkalan yang disebabkan proses sedimentasi. Orang dapat berlayar selama musim hujan dengan sampan lewat tanah yang tergenang air, mulai dari Jepara sampai Pati, di tepi Sungai Juwana.

Pada tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan niatnya untuk menggali saluran air baru dari Demak ke Juwana, sehingga Juwana dapat menjadi pusat perdagangan. Boleh jadi, ia ingin memulihkan jalan air lama, yang seabad sebelumnya masih bisa dipakai.


Dan akhirnya sampai sekarang karena proses pengendapan tanah (sedimentasi) pada jalur air tersebut, Selat Muria benar-benar hilang. Dan Pulau Jawa dan Pulau Muria menjadi satu seperti saat ini. Daerah Juwana sendiri kalau berdasar teori ini berarti awalnya adalah laut yang lambat laun mendangkal menjadi payau atau rawa-rawa.


Dari berbagai sumber

Disclaimer
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)

Above article written by Unknown

bean
Hi there!, You just read an article Mengulas Sejarah Hilangnya Selat Muria . Thank you for visiting our blog. We are really enthusiastic in Blogging. In our personal life we spend time on photography, mount climbing, snorkeling, and culinary. And sometimes We write programming code.
«
Next
Newer Post
»
Next
Older Post

Silakan beri komentar dengan akun facebook Anda