» » Seni dalam Menulis Art of Writing

Pembaca :
Sebagai seorang penulis, ide merupakan salah satu bagian yang paling penting untuk menghasilkan sebuah karya. Tapi terkadang juga salah satu bagian yang paling sulit dan penuh tantangan dari seluruh proses penulisan.

As a writer, having ideas is one of the most important parts of your craft. But often it seems like one of the most difficult and challenging parts of the whole process.

Tidak sedikit, orang-orang yang sehari-hari pandai menulis tulisan ilmiah dan bahan kuliah, menjadi ‘mati kutu’ ketika akan menulis artikel jurnalistik. Tidak kurang banyaknya tulisan orang-orang seperti itu ketika dikirimkan ke media cetak, ternyata tidak dimuat.

Banyak pula orang-orang yang tidak memiliki latar belakang bidang sastra mampu menyuguhkan karya tulis fenomenal, dan sangat digemari masyarakat. Contohnya penulis Laskar Pelangi Andrea Hirata dia berlatar belakang pendidikan Ekonomi, Kwik Kian Gie ekonom yang banyak menulis masalah ekonomi, dimana tulisannya banyak dimuat disurat kabar Nasional.

Media terangkai dalam dua macam bentuk produk. Yaitu media cetak dan media digital. Surat kabar, tabloid, buletin, merupakan bentuk produk media cetak. Sedangkan untuk media elektronik atau bisa disebut media digital ada stasiun televisi atau radio, internet yang sekarang berkembang dengan portal-portal berita dalam bentuk website atau blog.

Media elektronik tidak kalah menariknya dengan media cetak. Bahkan media cetak seakan terlupakan karena perkembangan media informasi ini yang semakin maju. Majalah TIME sudah ingin beralih meninggalkan versi cetaknya, dan Fokus pada media digital karena lebih simple, murah dan cepat dalam menyampaikan berita. Perasingan pun tak terelakan, facebook, twitter dan g+ merupakan media digital besar yang saling sodok. lihat kecemburuan faebook, facebook terancam kepolpuleranya dari twitter, sehingga instagram distop masuk twitter ..

Informasi yang diberikan oleh produk-produk jurnalistik ini memiliki beberapa hal yang menjadi dasar, sebagai contoh aktualnya, kita bisa melihat, apa yang dibutuhkan masyarakat sekarang, Misalnya kejadian terkini, jadwal perjalanan KA atau penerbangan, berita-berita bencana alam, informasi lalu-lintas, dan lain sebagainya. Seiring berkembangnya bidang teknonologi informasi, maka semakin canggih pula media yang dapat menunjang informasi tersebut, sehingga para jurnalistik pun harus bersaing untuk mendapatkan informasi penting pertama.

Weeeks, banyak bicara lalu apa hubungannya dengan Art of Writing? ? ok, saat blog walking to, Oyin ketemu sebuah situs yang cukup menarik, situs tersebut mengkhususkan membahas hal yang berhubungan dengan menulis "writing like architect". Nah, diantara sekian banyak artikelnya tadi aku kutip salah satu diantaranya sebagai catatanku.

Menulis ala Hamingway :
Hemingway (peraih nobel bidang kesusateraan tahun 1954 asal USA) dengan gemilang dapat merangkum satu tema luas cuma dalam cerita pendek sepanjang 3 halaman. Hal itu memungkinkan karena Hemingway paham cara menulis cerpen yang baik. Hemingway sangat disiplin menjaga, agar imajinasi berlebihan yang kerap menyandera penulis tidak menjangkitinya.

”Cat In The Rain” , atau Kucing Kehujanan diambil dari buku Ernest Hemingway Short Stories (hal. 265-268).

Walhasil, kalimat-kalimat yang tampil pada setiap paragraf dalam cerpen ini hanya yang berkepentingan untuk memajukan alur cerita. Melalui cerpen-cerpennya, Hemingway seolah ingin mengatakan bahwa, mengusung tema besar tidak tergantung pada panjang pendeknya sebuah tulisan.

Hal itu lebih berkaitan dengan keterampilan menulis. Penulis yang royal dalam kalimat yang bertele-tele, gemar mengintervensi cerita melalui sudut pandangnya sendiri, potensial mengkhianati pembaca.

Penulis ibarat sutradara, hanya boleh menayangkan cerita. Lalu ‘cerita’ itu sendiri yang akan bercerita kepada pembaca.

Kasus mana yang lebih menarik bagi sobat; Pertama, menonton sebuah panggung drama melalui adegan-adegan para aktornya atau; Kedua, mendengar seorang narrator berdiri atau duduk ditengah panggung, bermonolog, menceritakan kisah dari awal sampai akhir ? Dalam versi cerpen, Cat In The Rain adalah contoh dari kasus pertama.

Metafora kucing dalam cerpen. Semua tahu, kucing takut air.

Dari atas jendela kamar hotel, tampak kucing kehujanan, sendirian, tanpa tempat berteduh, memicu rasa kasihan seorang istri yang tengah menginap bersama suaminya. Sang suami tidak peduli akan keprihatinan istrinya pada kucing itu, terus membaca sambil tidur. Dia tidak menemani istrinya turun kebawah untuk menyelamatkan kucing tersebut.

Atas suruhan sang pemilik hotel, seorang pelayan menemani, memayungi sang istri menerbos hujan, namun kucing itu telah hilang. Namun, sang istri sedikit terhibur, karena terkesan dengan perhatian dari pria si pemilik hotel.

Kembali kekamar, sang istri mencurahkan isi hatinya pada sang suami. Sang istri mengatakan dirinya telah lama ingin memelihara kucing, Suaminya mengomentari seadanya, dan terus membaca.
Sang istri juga mengungkapakan hasratanya sambil bercermin ingin memanjangkan rambut, makan malam dengan piring perak dan lilin, juga baju-baju baru.

Suaminya terus membaca, hanya menimpali sekedarnya dan mengangap itu hanya ocehan sambil lalu dari istrinya. Ketika sang istri kembali mengungkapkan hasratnya ingin memiliki kucing, suaminya tetap acuh, malah menganjurkannya untuk ikut membaca buku.

Saat itulah, pelayan hotel tadi mengetuk pintu kamar, masuk, mengantarkan boneka kucing dari kulit kura-kura buat sang istri, hadiah dari pria pemilik hotel. Cerita berakhir!

Hemingway menampakkan apa yang ‘didalam’ melalui tindakan/adegan. Teknik yang sudah langka ditemui pada kebanyakan karya fiksi penulis dewasa ini.

Tanpa deskripsi atau narasi yang menceritakan kondisi serta situasi psikologis sang istri, pembaca bisa memahami beban perkawinan yang dialami perempuan itu melalui adegan penyelamatan kucing dari hujan.

Wanita itu seolah merasakan penderitaan yang sama dengan kucing, seperti dalam satu ucapannya : “Sungguh tidak enak menjadi seekor kucing yang malang dan kehujanan di luar sana.” Perempuan itu telah mengidentifikasi dirinya yang sekarang dengan si kucing.

Tak ada plot yang rumit. Hanya tindakan melihat kucing dari jendela kamar hotel. Sang istri turun menerobos hujan untuk menyelamatkannya, gagal dan kembali kekamar. Sang istri kembali kekamar, mengobrol dengan suaminya yang sibuk membaca sambil tiduran, dan menimpali kata-kata istrinya dengan basa-basi.

Dalam kehidupan nyata, cerita pendek itu kira-kira hanya berdurasi 15 menit. Namun cukup untuk mengungkap betapa perkawinan suami istri Amerika itu tidak seperti apa yang terlihat dari luar. Sang istri kecewa dengan kehidupan rumah tangga yang dijalaninya. Secara tersirat dia ‘memakai kasus kucing untuk memperoleh perhatian suaminya.

Suami, seperti umumnya pria, cenderung tidak peka dengan pesan-pesan yang tersembunyi dibalik ucapan wanita, menganggap itu hal sepele. Padahal, wanita itu haus kasih sayang. Lihatlah bagaimana gembiranya sang istri mendapat perhatian ‘kecil’, dalam adegan pemberian payung dan boneka kucing dari pria pemilik hotel. Ernest Hemingway paham psikologi manusia.

Ditangan penulis berbeda, kasus rumah tangga diatas bisa jadi disajikan terburu-buru.
Karakter sang istri yang haus perhatian akan diceritakan lewat kalimat berisi segala pikiran dan isi hatinya. Alih-alih melalui adegan (tindakan dan dialog). Kejeniusan seorang penulis cerpen akan terlihat jika mampu menampilkan isi hati dan pikiran karakter melalui adegan.

Dalam ‘kucing kehujanan’, Hemingway tidak sekalipun menuliskan secara tersurat betapa sang istri terbebani dengan kehidupan perkawinannya, juga tidak dikatakan sang istri sangat haus akan kasih sayang dari suaminya yang acuh.

Hemingway hanya menayangkan adegan, ucapan dan tindakan. Pembaca dimanjakan dengan kemewahan, karena bisa memahami plot, karakter dan moral cerita tanpa diintervensi oleh penulis. Rasanya seperti menonton sebuah sinema.

Membaca setiap cerpen Ernest Hemingway bisa berkesimpulan bahwa; Cita-cita tertinggi sastra adalah menjadi sinema..

General information includes just about anything and everything, and gathering it is a lifelong exercise. It basically comes down to general knowledge and education, and can be cultivated through the usual channels: reading widely and having an active interest in life and the world around you, and in particular in people, how they live, what they think and how they behave.

Sumber bacaan :
http://indonovel.com
http://writetodone.com

Disclaimer
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)

Above article written by Unknown

bean
Hi there!, You just read an article Seni dalam Menulis Art of Writing . Thank you for visiting our blog. We are really enthusiastic in Blogging. In our personal life we spend time on photography, mount climbing, snorkeling, and culinary. And sometimes We write programming code.
«
Next
Newer Post
»
Next
Older Post

Silakan beri komentar dengan akun facebook Anda