» » Cinta yang Bersemi Kembali

Pembaca :
Beberapa hari yang lalu, Oyin memposting tentang Indonesian Ethnic, dimana pada postingan tersebut mengulas sejarah dan ditemukannya teknik membatik secara garis besar. Kali ini Oyin melengkapinya dengan tulisan yang lebih umum tentang batik kebanggaan kita.


Perbedaan antara batik tulis dan batik cap.

Batik Tulis
Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sedemikian rupa agar bisa menampung malam (lilin batik), canting memiliki ujung berupa saluran / pipa kecil untuk mengeluarkan malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.

Canting tardisional
Seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, kini membatik menjadi pekerjaan seni yang tidak membosankan dengan ditemukannya canting elektrik, dengan canting elektrik para pembatik tidak lagi direpotkan harus memanaskan lilin diatas tungku api (Jawa: anglo) agar lilin tetap mencair.

Canting elektrik
Bentuk gambar / desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar tampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain tampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan / tembokan). Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.


Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah,  unik serta eksklusif.

ilustrasi-01 (Batik printing)
Batik Cap
Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.


Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar tampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis. Ada pula batik cap yang tidak tampak pengulangannya misalnya pada motif Kembang Buketan, karena biasanya menggunakan lebih dari satu cap (bisa 5 hingga 10 cap).

Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain. Kecuali pada bahan atau kain batik yang tipis, seperti pada kain sutra organza atau kain sutra Chiffon. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat.

 ilustrasi-02 (Batik pesisir yang murah meriah)
Karakter Desain Batik Pesisir
Istilah batik pesisir, adalah sebuah istilah yang umum dipakai untuk menyebut style atau gaya batik yang dibuat di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Secara tradisional di Jawa, batik dibagi menjadi dua jenis batik, batik pesisir dan batik yang dibuat di lingkungan kraton.

Perbedaan yang menonjol antara batik pesisir dan batik dari lingkungan kraton adalah pada pola pewarnaan dan corak ragam yang dipilih. Desain batik pesisir sangat bebas, warna dan corak ragamnya, berbeda dengan batik kraton yang terikat dengan sejumlah pakem atau aturan-aturan yang ditetapkan kraton.

Abdi dalem Kraton Yogyakarta
Memang agak susah untuk mendefinisikan bagaimana karakter yang khas dari batik pesisir, Raffles dalam buku "The History Of Java" menjelaskan bahwa ada dua macam pewarnaan dalam jenis batik yang dibuat di pulau Jawa, salah satunya adalah yang kemudian kita kenal sebagai batik pesisir. 

Dalam buku itu ia menyebutkan tentang salah satu pola pewarnaan dari salah satu jenis batik yang ada, batik bang-bangan, biron dan bang-biron atau pola pewarnaan yang sekarang kita sebut sebagai pewarnaan kelengan. Tentu yang ia maksud dengan dengan jenis itu adalah jenis batik pesisir.

Pola pewarnaan ini memang dapat disebut sebagai karakter dari jenis batik pesisir yang dapat dilhat sejak masa Raffles, pewarnaan inilah yang membedakan batik pesisir dengan batik dengan pola pewarnaan sogan pada batik dari lingkungan istana.

Batik di masa lalu sering, bahkan hampir selalu dikaitkan dengan sebuah pemaknaan (symbol) atau sebagai syarat dalam suatu acara ritual. Tetapi itu tidak terjadi dengan batik di wilayah pesisir, meskipun sebagian corak ragam di wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh kultur dan kepercayaan setempat, tetapi corak ragam dalam desain batik pesisir setelah abad delapan belas atau barangkali sejak awalnya memang tidak pernah dikaitkan dengan symbol. Orang sering menyebut corak ragam di dalam batik pesisir lebih berfungsi sebagai unsur dekoratif.
ilustrasi-03 (Batik sebagai unsur dekoratif)

Batik untuk Pengantin
Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi sendiri.
 Pada motif Batik, khususnya dari daerah Jawa Tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa.

Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan. Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang).

Ada juga motif yang bukan sawitan kembar, biasanya dipakai pasangan pengantin yaitu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama, yang melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan harapan, pesan, niat, dan itikad baik kepada pasangan pengantin.

Cinta yang bersemi kembali
Batik yang bermotif truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.

Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian.

Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta Raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali

Dari berbagai macam sumber yang Oyin rangkum.
Gambar ilustrasi di buat oleh Oyin dengan Adobe ilustrator dan Photoshop.



Disclaimer
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)

Above article written by dhea

bean
Hi there!, You just read an article Cinta yang Bersemi Kembali . Thank you for visiting our blog. We are really enthusiastic in Blogging. In our personal life we spend time on photography, mount climbing, snorkeling, and culinary. And sometimes We write programming code.
«
Next
Newer Post
»
Next
Older Post

Silakan beri komentar dengan akun facebook Anda