Foto disamping adalah pencetus ide pembuatan batik pada media kayu atau kulit tadi. Seperti topeng-topeng dari kayu atau tas-tas dari kulit dengan design yang menarik.
mBah Irod demikian biasa disapa, adalah nama pencetus ide tersebut. Dari sekian banyak pengrajin batik dari kelompok pengusaha besar dan ternama di Indonesia, pada saat mengikuti ajang pameran salah satu produk ekspor di Jakarta, mBah Irod adalah satu-satunya pengrajin yang dipilih oleh Super Store TAKASHI MAYA yang memiliki outlet di tujuh puluh sembilan negara, di luar Jepang.
Ketika pertama kali media kayu atau kulit diperkenalkan sebagai dasar pembuatan batik olehnya, mBah Irod memperkerjakan 1000 orang tenaga pembatik di sanggarnya untuk memenhuhi permintaan pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia dan mancanegara. Hasil karyanya banyak diminati oleh turis dari Perancis, Jepang, Belgia, Jerman, Amerika dll. Tapi takdir berkata lain, di saat sedang berada di puncak tangga, dia lupa dengan manajemen pengelolaan suatu usaha agar terus dapat berkembang dan maju.
mBah Irod sibuk berkreasi dalam dunia perbatikan, menciptakan ide-ide baru sesuai imajinasinya. mbah Irod lupa bahwa pengelolaan manjemen juga harus diperhatikan. Padahal waktu itu, dia sudah memiliki banyak galeri di hotel-hotel berbintang yang berada di kota-kota besar dan kota tujuan wisata, diantaranya, Jakarta - Surabaya - Bandung - dan Bali. Pengelolaan usaha di percayakan pada salah satu saudara kandungnya yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Mungkin disinilah awal kebangkrutan mbah Irod tadi. Kejayaannya kini semua tinggal kenangan....memudar sesuai dengan bertambahnya usia.
Dalam usianya yang temaram....mBah Irod masih harus bekerja keras, karena dia harus menghidupi lima anak dan seorang istri. Salah satu anak dari kelimanya masih balita, yaitu anak kandung buah perkawinannya dengan seorang janda yang memilki 4 anak dari suami sebelumnya!, karena ayah dari anak-anak yang dibawa oleh janda tersebut telah meninggal dunia, sedangkan sang ibu tidak memiliki ketrampilan buat menunjang kelangsungan hidupnya. Tragis....It's true story not for joke !
mBah Slamet Ponidi .. tidak pernah mengenal lelah diusia senja...
Kehidupan memang keras, kehidupan tidak pernah memandang atau memilih. Siapa yang akan memperoleh kebahagian atau siapa yang akan memikul beban hidup yang berat. Semua tergantung dari usaha masing-masing orang. Ingin sukses atau sekedar hidup.
Mungkin diantara sekian ribu orang, mBah Pon termasuk salah satunya. Di usianya yang menginjak 70 tahun, si mBah masih harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya entah sampai kapan. hanya Tuhan lah yang tahu !!!
mBah Ponidi adalah salah satu kuli panggul yang selalu siap diminta jasanya oleh para pedagang untuk mengangkat dan menurunkan barang-barang berat dari atas truk.
Dan mBah Pon adalah kuli panggul tertua diantara para kuli pangul yang ' mangkal ' dipasar ini....
mBah Mariyem tak ubah nasibnya seperti halnya mBah Ponidi, di usianya yang lebih dari 60 tahun, dia harus tetap berjuang demi tuntutan perut yang tidak pernah mengenal kompromi. Entah sampai kapan.. Sampai ajal menjemputkah ?
Suasana para kuli panggul sa'at melakukukan aktifitas dan yang sedang menunggu pedagang untuk memakai jasanya di pasar Beringharjo
Semakin keras dan tajamnya persaingan untuk mendapat peluang kerja di negeri yang katanya kaya raya dan gemah ripah lohjinawi, Pak Kanik terpaksa menyerah dalam mengikuti lomba persaingan tadi. Walaupun dirinya memiliki ijazah SMA dan pernah mengenyam pendidikan Akademi.
Pak Kanik terpaksa meneruskan usaha orang tuanya yg bergerak dalam bidang jasa tambal ban sepeda. Pada foto disamping, Pak Kanik dengan wajah bak gorila yang sedang memuncak birahinya, sabar menunggu pelanggan datang ke kiosnya......
Mas Rebo, dengan sangat percaya diri memberikan penjelasan dengan antusias kepada salah seorang turis mancanegara yang menanyakan letak suatu tempat...
Dengan logat bahasa inggris aksen jawa yang patah-patah dan sulit dimengerti maksudnya, Mas Rebo tetap nyerocos memberi penjelasan pada sang turis yang semakin bingung mendengarkan penjelasannya..
It crazy man, mungkin begitu pikiran turis tersebut..
Soto ? yah, di kota Yogya selain terkenal sebagai kota budaya dan pendidikan, juga terkenal dengan kulinernya yang khas, selain gudeg.
Bu Sri Waginah, adalah generasi ke tiga penjual soto di pasar Beringhardjo. Bu Sri menjual soto dilingkungan pasar meneruskan usaha orang tuanya..
Banyak penjual soto di kota Yogya yang terkenal karena memiliki tempat yang strategis jadi mudah diingat oleh para penikmat soto. Tapi apakah memenuhi selera penikmatnya ? mungkin ya mungkin tidak tergantung masing - masing individu.
Nah, Walaupun tempatnya bagi sebagian orang dianggap tidak ' representatif ', tapi dari segi rasa tidak kalah dengan soto-soto yang banyak tersebar di kota Yogya seperti soto 'Kadipiro', soto 'Sawah', soto 'Pak Marto' dan lain-lain. Penikmat soto 'Bu Pujo' cukup banyak baik dari kalangan bawah, menengah, bahkan kalangan atas.
Yogya memang kadang-kadang unik...siapa yang tidak kenal produk minuman Coca-cola ? hampir semua masyarakat dunia mengenal produk ini, karena berasal dari negara adi daya Amerika.
Dengan sitem manajemen dan marketing yang canggih, produk minuman dari perusahaan Amerika tersebut dapat menembus pasar di seantero dunia...
Jika kita kebetulan bertandang ke Yogya, ada jenis minuman yang tidak kalah dengan produk perusahaan Amerika itu, yaitu keluaran pabrik limun 'Tentrem', perusahaan limun ini menurut cerita sudah berdiri lebih dari 60 tahun yang lalu.
Mungkin karena pengelolaan manajemen perusahaan menganut sistim tradisional yaitu alon-alon asal mlaku, maka produk minuman made in Yogya ini tidak sempat merambah ke luar kota. Apalagi dunia...
Minuman Sarsaparila ini selalu setia bercokol di tempat penjual soto 'Kadipiro.' Perhatikan tutup botolnya masih menganut teknologi masa lalu, terbuat dari bahan porselen, di jepit dengan kawat yang agak berkarat.....tapi rasanya cukup hmmm.. buat menggelontor tenggorokan yang kering.
Ingin Gudeg eksklusif ?....Tapi jangan kaget harga gudeg disini bisa 3-5 kali lipat dari pada umumnya harga gudeg yang sudah terkenal di kota Yogya, misalnya gudeg Mijilan, gudeg Bu Citro, gudeg Juminten. gudeg Permata dan masih banyak lagi penjual gudeg - gudeg yang lain.
"Gudeg mBah Hadi" demikian namanya.
Sekedar info, harga sepotong tahu yang dijual disini bisa mencapai Rp.5000,- , sepotong daging ayam (dada atau paha atas) berkisar antara Rp. 25.000,- -Rp.35.000,- tergantung besar kecilnya.
mBah Hadi mungkin penjual gudeg tertua di kota Yogya, usianya kira-kira 80 tahun atau mungkin lebih, tetapi gerakannya masih gesit. Dan penikmat gudeg mBah Hadi, sangat banyak, jadi jika kita ingin menikmati gudeg buatannya harus datang pagi-pagi dan antri, jika kita terlambat datang, gudeg tersebut sudah habis di beli orang !
Dan anehnya....., semakin laris jualannya semakin mahal harganya ...wah ! istilah ekonominya depend on demand...tidak ada harga standar disini, gila ! Tapi memang diakui bahwa rasa gudeg mBah Hadi diatas rata-rata rasa gudeg yang dijual di kota Yogya ini.
( mBah Hadi berjualan gudeg di belakang Masjid Besar Keraton pas didepan musala Aisyiah )