» » Pada Sebuah Doa

Pembaca :

(Surat Cinta bagian 2)
Surat Cinta untuk dipublikasikan, untuk sebuah nama yang tidak perlu disebutkan...

“Dalam suratku yang pertama aku menyebutkan tak pernah memuji prestasinya, sampai hari ini pun aku belum pernah memujinya… Dia merendah atas apa-apa yang dimilikinya, namun aku tahu apa-apa yang disembunyikan di balik kedua tangannya.

Untuk menjembatani perbedaan kami melewati 24 jam dalam sehari… lebih baik jika ada 8 hari dalam satu minggu, maka di hari itu tak akan dibagi untuk yang lain. Hari ini kami berdoa untuk dikabulkan.. dengan nafas yang memaksa. Karena keinginan menjadi semakin kuat setiap detiknya.

Dia meminta maaf atas ketidaksempurnaanya terhadapku… Karena, dia bilang, itu semua sebab kecintaan yang tinggi atasku. Tetapi dia belum menyadari, setiap kegelisahannya atas kecintaan itu lembur bersama kecintaanku sendiri yang tak kalah tingginya. Dia melerai ego dari batinnya untuk menemuiku… Dia menjelma malaikat di dalam rumah ketika berhadapan denganku untuk mendapatkan satu senyum dari bibirku. Dia menjelma iblis merah yang membara untuk melenyapkan sakitku. Dia pun menjelma kelinci putih berbulu lembut untuk mengembalikan perhatianku atas dirinya ketika bertahan di bahuku.

Aku menemukannya saat pohon jeruk di halaman rumah baru ditanam, sekarang pohon jeruk itu sudah tinggi melebihi dirinya. Aku mendengar ketika bersimpuh di dadanya detak jantung yang tak pernah melemah. Selalu saja berlarian seakan ingin mendahului laju detik pada jam dinding.. Aku mendengar nafas yang mengalun ketika mengamati tidurnya. Dan ketika ia terjaga, aku pura-pura tertidur seakan ia bisa memasuki mimpiku.

Hingga saat ini tak terhitung berapa banyak dia mengucapkan ‘I love you’… sebuah kalimat yang dulu tak perlu dipertimbangkan. Namun sekarang setiap detik kalimat itu bergema… dalam keegoisanku aku menjadikannya seperti mauku, dan tak seharipun ia menjelma seperti mauku.. Karena dia hidup dan berwujud. Dia berkembang dengan sendirinya melalui tutur kataku. Dia merasakan sakit melalui pandangan mataku yang menajam pada setiap kesalahannya… Tak jarang, dia merintih ketika kehilangan senyum dari bibirku. Dia mencari senyum di dalam diriku tetapi tak ketemu karena senyum itu terpatri di bibirnya sendiri..

Pada sebuah doa kami bersujud. pada waktu yang baik, pada saat yang tepat.

Disclaimer
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)

Above article written by Unknown

bean
Hi there!, You just read an article Pada Sebuah Doa . Thank you for visiting our blog. We are really enthusiastic in Blogging. In our personal life we spend time on photography, mount climbing, snorkeling, and culinary. And sometimes We write programming code.
«
Next
Newer Post
»
Next
Older Post

Silakan beri komentar dengan akun facebook Anda