Budaya berjalan kaki pada dasarnya sangat menyehatkan, membuat kekuatan kaki senantiasa terlatih dan terhindar dari rasa malas. Ketika badan berkeringat, tubuh akan menjadi sehat. Di sisi lain, berjalan kaki dapat mengurangi kemacetan, hemat biaya transportasi, mencegah polusi, dan menyehatkan badan.
Suatu ketika Oyin melakukan perjalanan dari Kyoto ke Osaka. Karena perjalanannya lumayan jauh, Oyin menumpang bus. Oyin perhatikan sebuah kertas yang tertempel di tiang halte, ternyata itu adalah jadwal bus yang telah diatur sedemikian rupa. Tertulis bus yang sedang Oyin tunggu itu akan tiba tepat pukul 12.13.
Sempat terlintas di benak, mungkin saja angkutan itu akan tiba pukul 12.15 atau beberapa menit lebih lambat dari itu, karena namanya juga kendaraan umum, pasti akan telat karena menunggu penumpang atau alasan lain. Ternyata, bus itu benar-benar tiba tepat pada jam yang telah tertulis di jadwal. Sungguh, selama Oyin mengenal angkutan umum di Jakarta bahkan di kota lain di Indonesia tak ada jam ketibaannya bisa tepat waktu seperti di Jepang.
Jepang masih mempertahankan tradisinya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak begitu saja termakan arus modernisasi dunia, mereka senantiasa berusaha menjaga keseimbangan unsur 和 'wa' yang artinya harmoni pada sisi kehidupan modern dan tradisional.
Masyarakat Jepang sangat mencintai alamnya. Di tengah arus modernisasi yang serba canggih, ambil salah satu contohnya, di tengah kecanggihan alat transportasi orang Jepang lebih banyak yang memilih menikmati jalan kaki, naik sepeda atau naik alat transportasi umum misalnya kereta atau bis.
Miris jika kita coba menengok negeri Indonesia tercinta, di mana orang jalan kaki atau naik sepeda merasa tertindas. Kebanyakan kita lebih bangga dengan mobil yang kita kendarai, kita tidak mau capek, hanya untuk menuju tempat berjarak 300 meter saja lebih suka naik motor.
Di Jepang, kesenjangan sosial nyaris tidak ada. Apakah mereka orang kaya atau miskin masih suka jalan kaki. Kebiasaan hidup seperti ini merupakan salah satu bentuk kecintaan orang Jepang terhadap lingkungan dalam menekan polusi serendah mungkin.
Begitu juga dengan soal kebersihan, setiap kali Oyin lakukan perjalanan di setiap kota di Jepang, seperti Tokyo, Osaka, Kyoto, Nara, Hiroshima, dan Wakayama, tak sekalipun melihat sampah yang dibuang sembarangan. Bahkan seluruh sudut kota terlihat begitu bersih.
Orang Islam yang selalu mendengar dan menghafal hadis
Annadhafatu minal iman (kebersihan itu sebagian dari iman), tapi yang konsisten mempraktikannya justru bukan kita yang muslim.Orang Jepang sangat tekun, disiplin, dan sangat bertanggung jawab selain mencintai dan memuja keindahan alamnya yang memiliki 4 musim. Dan yang tak kalah menarik adalah orang Jepang mau menghargai jerih payah orang lain.
Selama di Jepang, Oyin pribadi tidak dapat berbahasa Jepang karena yang Oyin pelajari di tempat kursus selama ini bahasa Inggris. Namun, ketika kami berkomunikasi dengan mereka, tidaklah sulit. Oyin tetap berbicara banyak hal dan seperti saling mengerti apa yang sedang kami bicarakan.
Tak jarang sesekali mereka membuka kamus elektronik di sela-sela pembicaran. Saat itu Oyin menyadari bahwa bahasa yang paling universal di dunia ini adalah bahasa tubuh. Allah memang menciptakan beragam bahasa di dunia. Ternyata, bahasa tubuhlah yang paling mudah dipahami oleh semua orang.