Selain itu Pati dijuluki kota Paranormal. Kota yang terletak 76 kilometer timur Semarang Jawa Tengah ini, memiliki lebih dari 1.000 orang, yang berprofesi sebagai dukun, paranormal atau yang lebih halus disebut ahli pengobatan alternatif. Dari jumlah tersebut, 100 di antaranya benar-benar telah teruji kekuatan daya linuwih-nya.
Di kecamatan Juwana, mayoritas penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai petani tambak, baik tambak Udang Windu maupun tambak Bandeng atau juga sebagai petani garam. Namun tidak sedikit masyarakatnya yang terjun di bidang niaga dan industri rumah tangga.
Salah satu sudut jalan kota Juwana |
Terminal Pasar Porda Juwana |
Bersama desa Bakaran Kulon yang letaknya bersebelahan, desa Bakaran Wetan ini mempunyai para pengrajin batik Bakaran yang masih tetap bertahan. Batik Bakaran merupakan batik tulis yang dikerjakan secara tradisional dan telah menjadi salah satu ikon kota Juwana dan Kabupaten Pati.
Dari sektor industri, di desa ini terdapat aneka industri rumah tangga utamanya industri pengrajin kuningan yang banyak menyerap tenaga kerja dari daerah sekitarnya bahkan dari kecamatan tetangga seperti kecamatan Jakenan.
Kerajinan Kuningan Juwana |
Masjid Universitas Gajah Mada Yogyakarta |
Sungai Silugonggo |
Tempat pelelangan ikan |
Areal pertambakan ikan bandeng |
Selain ikan segar, banyak pula diusahakan pengawetan atau pengeringan ikan menjadi ikan asin, ikan pindang, ataupun ikan asap. Industri pengawetan ikan memproduksi 5.992 ton ikan asin, dan 5.919 ton ikan pindang dan ikan asap.
Kapal Menyang yang terbuat dari kayu |
Galangan kapal rakyat |
Mencuci ikan dan merebus |
Gudang tempat penyimpanan ikan pindang |
- Kelompok usaha 1
Pengusaha pemindangan ikan yang melakukan seluruh aktivitas usaha, mulai dari penangkapan ikan, pengolahan dan perdagangan. Pada umumnya kelompok pola usaha ini merupakan usaha skala menengah dan besar.
- Kelompok usaha 2
Pengusaha yang membeli ikan dari nelayan atau pedagang kecil kemudian mengolah ikan tersebut melalui pemindangan ikan, memasarkan, baik menjual secara langsung untuk pasar lokal maupun ke pedagang besar. Pola usaha seperti ini umumnya adalah usaha skala kecil dan menengah.
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam pengolahan ikan pindang harus dipastikan tidak mengandung karat, tidak merupakan sumber zat renik, tidak sedang mengalami kerusakan dan mudah dibersihkan. Peralatan utama yang umum digunakan untuk pemindangan ikan dikelompokkan menurut tahap kegiatannya, yakni:
Tahap
|
Alat
|
Fungsi
|
Persiapan | Pompa air/sumur | Sumber air untuk pencucian dan perebusan ikan yang akan dipindang |
Timbangan | Menimbang ikan dan garam | |
Tong | Wadah ikan setelah selesai ditimbang | |
Ember | Wadah pencucian ikan sebelum diolah | |
Keranjang plastik | Wadah merebus ikan dan meniriskan ikan setelah direbus | |
Perebusan | Kompor | Sumber api untuk merebus air dan garam |
Tungku | Merebus air dan garam | |
Pengaduk | Terbuat dari bahan kayu atau plastik atau bahan lain yang tidak mencemari ikan pindang. Pengaduk dipakai untuk mengaduk ikan dan garam serta air dengan garam | |
Keranjang plastik | Tempat ikan pindang yang akan direbus, keranjang ini digunakan agar ikan pindang tidak berserak waktu masuk ke tungku perebusan | |
Seser | Mengambil kotoran-kotoran yang terdapat dalam air rebusan | |
Pengeringan/ Penjemuran | Ayak | Meratakan sebaran ikan pindang sebelum dikeringkan |
Blower/kipas angin | Mendinginkan ikan pindang yang baru diangkat dari perebusan, | |
Kledet | Menjemur ikan pindang setelah diolah | |
Penyimpanan dan Pengemasan | Plastik | Tempat penyimpanan ikan pindang yang sudah dijemur untuk kelompok kemasan kecil |
Kranjang (Besek) | Tempat penyimpanan ikan pindang yang sudah diolah untuk dipasarkan | |
Basket | Wadah ikan pindang yang sudah diolah |
Inspirasi oleh : Anis Susanti
Foto oleh : Anis Susanti, Dony, Dwi Atmoko, Dr. Marwah Daud
Data statistik : Bank Indonesia, Wikipedia
Diolah oleh : Dony