Bedanya Guru Pekerja dan Guru Pendidik
Education in our country at this time is different from education in era of '70 years, where at that time teachers or lecturers have a sense of high responsibility to successful learning for their students. Now, many teachers or lecturers have less responsibility, because they assume that teachers or lecturers is a job but not as educators.
In general, teachers or lecturers didn't understand the difficulties faced by students, they run it as a routine task in educational institutions only. Consequently, result of this situation is many students get a diploma graduate but can't do much, and it increases the unemployment because they only search for a jobs, but can't create new jobs. As if they are spectators only, do not dare to be the player ....(qtrix)
Richard Bugelski and Anthony Graziano M (1980) stated that stress is a general term used by psychologists to show the tension because someone does not able to overcome the demand or pressures around him. In day-to-day, stress is a condition of tension that affects the physical, mental, and someone's behavioral.
Examples cases:
DALAM hidup sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai tuntutan dan tekanan. Ada yang mampu menyesuaikan diri dengan tenang dan santai; yang lain menanggapi dengan cemas, gelisah, dan marah. Ketidakmampuan menyesuaikan diri menimbulkan ketegangan jiwa, seperti menahan beban sangat berat. Itulah stres.
Seorang mahasiswi pascasarjana, sebutlah namanya Maya, untuk kesekian kalinya keluar dari ruang kerja dosen pembimbing tesisnya dengan lunglai. Sudah lebih dari setahun ia mondar-mandir konsultasi, tetapi hasilnya belum tampak, sementara beasiswa yang ia terima sudah hampir habis.
Bila tidak lulus dalam dua bulan ini, pada semester berikutnya ia harus menanggung sendiri biaya studinya. Padahal, ia juga harus menghidupi diri sendiri untuk keperluan sehari-hari karena sudah yatim piatu sejak SMP.
Sebenarnya, ia sudah mulai tertekan sejak teman sekelasnya lulus tepat waktu. Sempat memiliki indeks prestasi tertinggi di kelas, dan menjadi nomor dua sejak semester kedua, pada dasarnya Maya sangat bersemangat untuk menjadi yang terbaik dan lulus cepat.
Pada mulanya, ia senang mendapatkan pembimbing dari institusi yang sudah mapan. Namun, ternyata proses bimbingan sangat alot, dosen mengulur-ulur waktu, dan akhirnya tidak mendapatkan umpan balik yang memadai.
Ia pernah mencoba mengonsultasikan tulisannya pada beberapa dosen lain yang lebih terbuka, dan mereka semua menilai sebenarnya tidak banyak masalah pada tulisannya. Ia semakin tertekan sejak karibnya sekelas hampir lulus meski diselingi melahirkan anak. Bahkan, adik kelasnya sudah dua orang yang hampir selesai.
Dengan hampir habisnya beasiswa yang ia terima, dan hasil konsultasi terakhir ia masih belum diizinkan mengambil data ke lapangan, ia merasa tidak sanggup lagi menghadapi situasi. Terlebih-lebih, dosen pembimbing kembali melontarkan kata-kata yang menyerang pribadinya. Selama ini, ia sudah selalu mengalah demi kelancaran proses bimbingan, tetapi tidak berpengaruh....
Begitukah keangkuhan seorang dosen tidak mau mengerti kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa yang dibimbingnya?, oh, sungguh nistanya pendidikan kita jika memiliki banyak pendidik seperti pada cerita diatas.
Oyin Ayashi admits that though we try to describe accurately, we cannot verify the exact facts of everything posted. Postings may contain Information, speculation or rumor. We find images from the Web that are believed to belong in the public domain. If any stories or photos that appear on the site are in violation of copyright law, please write in comment box and we will remove the offending section as soon as possible. (Oyiners = Blog reader)