Untuk melindungi kota dari para kabukimono (kelompok penyamun yang disegani selama periode Sengoku akhir dan awal periode Edo), banyak kota-kota kecil di Jepang membentuk machiyokko (satuan tugas desa). Satgas ini terdiri dari para pedagang, pegawai, dan orang biasa yang mau menyumbangkan tenaganya untuk menghadapi kaum kabukimono.
Walaupun mereka kurang terlatih dan jumlahnya sedikit, tetapi ternyata para anggota machiyokko ini sanggup menjaga daerah mereka dari serangan para kabukimono. Di kalangan rakyat Jepang abad ke-17, kaum machiyokko ini dianggap seperti pahlawan.
Masalah jadi rumit, karena setelah berhasil menggulingkan para ronin, para anggota machiyokko ini malah meninggalkan profesi awal mereka dan memilih jadi preman. Hal ini diperparah lagi dengan turut campurnya Shogun dalam memelihara para machiyokko.
Waktu pun berlalu, kaum Bakuto dan Tekiya menjadi satu identitas sebagai Yakuza. Kaum yang asalnya bertugas melindungi, kini menjadi ditakuti masyarakat. Para pimpinan Jepang memanfaatkan hal ini untuk mengendalikan masyarakat dan menggerakkan nasionalisme. Yakuza ikut direkrut oleh pemerintah Jepang dalam aksi pendudukan di Manchuria dan Cina tahun 1930-an. Para Yakuza dikirim ke daerah tersebut untuk merebut tanah, dan memperoleh hak monopoli sebagai imbalan.
Para yakuza dengan lukisan tato yang menghiasi disluruh tubuhnya sedang mengikuti salah satu festifal di Tokyo. |
Banyak sindikat yakuza, terutama Yamaguchi-gumi, secara resmi melarang anggotanya terlibat dalam perdagangan narkoba, sementara beberapa sindikat yakuza, terutama Dojin-kai, terlibat dalam perdagangan narkoba secara berat.
Shinjuku tempat yang paling disenangi untuk nongkrong para yakuza |
Some yakuza groups are heavily involved in sex-related industries. Some yakuza groups are known to deal extensively in human trafficking. The Philippines, for instance, is a source of young women. Yakuza trick girls from impoverished villages into coming to Japan, where they are promised respectable jobs with good wages. Instead, they are forced into becoming prostitutes and strippers.
Ada beberapa kelompok yakuza terlibat dalam industri yang berkaitan dengan seks atau perdagangan manusia. Filipina, misalnya, merupakan sumber wanita muda yang hidup di desa miskin untuk diperdagangkan. Trik mereka dalam menarik minat para gadis ini adalah dengan janji memberikan pekerjaan dengan gaji tinggi di Jepang. Padahal, mereka akan dipaksa menjadi penari telanjang atau dijadikan pelacur.
Demikian sekilas info...