Alkisah di hutan Mentaok tinggal burung merak dan keluarganya. Burung merak sangat terkenal di saentero hutan karena keindahan bulunya. Warna dan bentuk bulu-bulunya yang indah membuat penampakan burung merak sedap dipandang mata dan mengundang decak kagum para penghuni hutan. Apalagi burung merak pandai menari, setiap sore menjelang matahari terbenam dia mengembangkan bulu-bulu ekornya yang indah sambil menari berputar-putar dengan gerakan-gerakan cantik mengiringi terbenamnya matahari.
Namun di samping mengundang decak kagum, keindahan bulu-bulu itu juga suka dijadikan bahan ejekan burung-burung tertentu. Pasalnya tidak seperti burung yang lain, burung merak tidak pandai terbang jauh. Dia hanya mampu terbang setinggi atap rumah dan dalam jarak yang dekat.
Lebih seringnya jalan-jalan di darat saja. Makanya gagak dan teman-temannya sering mengejeknya sebagai si penyandang bulu-bulu hiasan yang tak berguna.
Tentu saja merak tertawa saja mendengar ejekan itu. Secara makanan dan minuman tersedia melimpah di hutan Mentaok, sehingga dirinya tak perlu pergi jauh-jauh untuk mendapatkannya.
Si merak gemar makan biji-bijian, pucuk rerumputan, dedaunan, dan serangga. Dirinya tak perlu capek-capek terbang glidik seperti gagak yang suka makan yang aneh-aneh. Tak bisa terbang jauh-pun tak apa-apa, toh dirinya tidak hidup dalam kekurangan. Biasanya gagak terdiam sambil bersungut-sungut bila mendengar jawaban seperti itu.
Suatu ketika terbetik kabar bahwa bangsa manusia telah membuka hutan di balik bukit, sebentar lagi mereka juga akan membuka hutan Mentaok untuk dijadikan tanah pertanian. Para penghuni hutan heboh. Masing-masing telah punya rencana untuk menyelamatkan diri. Gajah sudah jauh-jauh hari mengungsi dengan membawa keluarganya. Dia sadar betul ukuran tubuhnya yang besar akan memudahkan dirinya ditangkap. Kijang, kerbau, monyet, dan babi hutan juga telah bersiap-siap untuk menyusul hengkang ke hutan terdekat.
Bangsa burung juga telah pada mengungsi ke hutan belantara di lereng gunung. Kini tinggal beberapa hewan saja yang masih belum mengungsi. Di antaranya terdapat burung merak. Si merak tidak bisa ikut mengungsi karena terhalang sungai yang sangat lebar. Dirinya tidak dapat menyeberangi sungai yang membentang membatasi hutan Mentaok dengan hutan terdekat karena jaraknya terlalu jauh untuk diterbangi. Sementara untuk menyeberang lewat air, dirinya tidak sekuat kijang atau kambing yang tidak akan hanyut terbawa arus.
Makanya dia memutuskan tetap tinggal di hutan Mentaok saja sambil memikirkan cara lain untuk menyelamatkan diri selain mengungsi. Berita itu membuat gagak yang telah mengungsi tertarik balik ke Mentaok sekedar untuk mengejek merak yang malang.
"Duh.. duh.. kasihan teman kita yang tampan ini. Benar kan kata aku juga! Bulu-bulumu itu hanyalah hiasan tak berguna. Kini kau harus menerima nasibmu tak bisa mengungsi seperti binatang yang lain...kwkwkw " kata si gagak setelah berhasil menemukan merak.
"Terima kasih Gagak atas masukanmu. Aku punya rencana lain selain mengungsi" sahut Si Merak dengan santai
"Rencana lain??? Rencana dari Hongkong.... wkwkwkwk" kata Gagak tambah nafsu mengejek Si Merak
Merak tertawa kecil, lalu membacakan sebuah puisi
Kala gerimis turun dari langit,Gagak geleng-geleng kepala tidak mengerti maksud puisi itu, walaupun dalam hati mengagumi keindahannya. Dirinya sangat kecewa, Merak sama sekali tidak terpengaruh oleh ejekannya.
burung-burung memilih pergi,
berteduh di gua-gua atau batang kayu mati
Aku tetap di sini berteman gerimis,
kusuka pada lengkung indah pelanginya,
kucinta warna-warninya yang menawan hati
Hari yang dinantikan tiba. Ratusan manusia tampak memasuki hutan Mentaok sambil membawa gergaji dan kereta-kereta kuda untuk mengangkut kayu. Pelan-pelan mereka mulai merambah hutan dan menebangi kayu-kayu. Dibersihkannya pohon-pohon besar yang ada di hutan ini untuk diubah jadi tanah pertanian. Si merak bersama keluarganya tidak lari meninggalkan hutan. Justru dia mendekati kelompok manusia itu sambil berjalan perlahan-lahan berputar-putar memamerkan bulu-bulunya yang indah. Tak ketinggalan istri dan anak-anaknya membuntuti di belakangnya.
Saat melihat merak yang berbulu indah para pembuka hutan itu berdecak kagum. Mereka sangat terpesona oleh keindahan bulu-bulu merak yang menawan. Maka ditangkaplah Merak dan keluarganya, kemudian dimasukkannya ke dalam kandang besar untuk jadi tontonan.
Beberapa tahun kemudian hutan telah selesai dibuka dan di bekas hutan Mentaok telah berdiri kampung baru yang memiliki tanah pertanian yang luas. Merak dan keluarganya beruntung tinggal di rumah Pak Kepala Kampung yang memiliki halaman yang luas. Merak tak lagi dikandangkan, tapi dia dibiarkan lepas di halaman dan waktu sore kembali sendiri masuk ke kandang di belakang rumah.
Makanan untuk merak telah disediakan oleh Pak Kepala Kampung. Seandainya tidak disediakan-pun di halaman rumah tedapat banyak tumbuhan berbiji yang bisa dimakan olehnya. Merak puas dan bersyukur bahwa bulu-bulu indahnya ternyata bukannya tidak berguna seperti kata gagak, tapi dapat membuat dirinya menjadi peliharaan bangsa manusia.